Tak lama kemudian Ramda mengundurkan diri, menyisakan rintihan panjang lebih pedih dari yang seharusnya di hati Titan.
Titan menutup pintu pagar rumahnya dengan hati berbunga bercampur nyeri. Matanya tak mau lepas meneliti, di rumah mana lelaki itu berhenti, lalu sunyi.
Malamnya kembali terasa sunyi. Tak ada pangeran yang selalu dinanti untuk menyelamatkannya dari puing-puing sepi. Angin berderak ngilu mengiringi langkah Titan memasuki rumahnya.
~
Titan membuka buku agendanya sambil meregangkan leher yang menjadi lebih kaku dari sebelumnya. Tidurnya semakin hari semakin terganggu oleh pangeran yang tak boleh tahu perasaannya itu. Mulai diisinya lembar demi lembar buku saksi bisu cintanya. Cinta yang tak diundang, cinta yang tiba-tiba datang menyerang.
Apakah aku bersalah ketika membiarkan hati yang kosong ini tiba-tiba berharap? Bergerak lambat, namun pasti. Aku berharap dia benar-benar pangeranku. Berjalan pelan, tapi menerobos bagai badai.
Aku merasa cinta ini tak dapat kutolak lagi. Apa aku harus mencarikan nama lain untuk cinta ini agar tidak ada rasa sakit? Tapi, itu tak penting, dan tak harus kupermasalahkan nama untuk perasaan yang diam-diam mengisi kekosongan ini. Biarlah cinta ini kunikmati walau dari kejauhan.
Dia sudah melangkah pada persimpangan di depanku. Jangan aku merusak yang telah hadir sebelum aku datang. Bukan salah siapa pun jika tiba-tiba hati ini menganggapnya pangeran. Aku akan tetap tersenyum padanya, karena hanya ini yang bisa kulakukan, tulisnya dengan senyum tipis.
"Titan, ada yang cari, tuh." Mamanya berdiri di pintu kamar dengan dandanan sudah rapi.
"Mama mau pergi lagi?" Tanya Titan sambil menutup agenda.
Mamanya tak menjawab, berjalan mendekati Titan, lalu memegang tangannya dengan mata hampir berair. Titan cukup mengerti kenapa mamanya tak sekuat dan setegar sebelumnya.
"Mama terpaksa harus minta pengertianmu lebih banyak, Sayang. Mama ingin duduk bersamamu dengan hati benar-benar sudah ringan."
"Tidak bisakah Mama berbagi kesedihan dengan Titan, Ma?"
Mamanya menunduk.
Artikel Terkait
Cerpen: Wanita Jalang
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 1
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 2
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 3
Cerpen: Ternyata Kau Bukan Lelaki
Hari Ayah dan Kado Cerpen Sang Ratu
Cerpen Batu Cinta