Novel Melukis Langit 7, Cintanya Ditelan Laut

photo author
- Kamis, 11 November 2021 | 19:06 WIB
Novel Melukis Langit (Dok.klikanggaran.com/Blackrose)
Novel Melukis Langit (Dok.klikanggaran.com/Blackrose)

Keempat polisi itu menatap Puniawati dan Aji bergantian. Wajah pucat Aji semakin pias, menunduk tanpa dapat berkata satu patah kata pun. Kepala Aji terbenam ke bawah, matanya pasrah menatap lantai.

“Maaf sekali lagi, Ibu mengenal saudari Mala?”

Baca Juga: Pelaksanaan Angkutan PTDS Kontainer, Pupuk Kaltim Kehilangan Kesempatan Berhemat Rp1 Miliar

“Oh, kalau itu maksud Bapak, Mala adalah istri kedua suami saya,” jawab Puniawati setelah diam beberapa saat, lalu melirik suaminya.

Aji sungguh tak menyangka dengan jawaban dan sikap istrinya yang seperti sudah siap dengan berbagai kemungkinan. Istrinya seperti banyak tahu dan tak terlihat terkejut sedikit pun. Tatapan matanya kian terhunjam ke lantai, tak berani menatap wajah istrinya.

“Ada apa ini, Pak? Kenapa dengan Mala? Kenapa pula suami saya harus pulang bersama Bapak sekalian?” Terdengar lagi suara Puniawati.

“Oh, saya paham sekarang. Begini Bu, dua malam lalu saudari Mala tenggelam di laut terbawa ombak, dan sampai malam ini jenazahnya belum dapat kami temukan.”

“Ya Allah!” Tubuh Puniawati limbung dan segera berpegangan pada sudut lemari hias tak jauh dari mereka berdiri.

“Sementara pencarian dihentikan dulu, Bu. Besok kami lanjutkan dan Pak Aji akan kami jemput kembali. Selamat malam.”

Baca Juga: Dugaan Korupsi PCR, CBA: Lingkaran Luhut Ramai-Ramai Pasang Badan

Setelah mengantar para tamu, perlahan Puniawati menutup kembali pintu rumahnya. Dengan tubuh bergetar ditatapnya Aji yang sedang bersimpuh di depan kakinya. Angin malam pun enggan tersenyum. Puniawati menyimpan jerit hatinya agar janin dalam kandungannya pun tak menangis.

“Maafkan aku, Nini. Marahlah dengan cara apa pun, tapi aku mohon maafkan aku.”

“Minta maaflah pada hatimu, Mas. Aku tidak tahu harus bersikap dan berkata apa.”

“Tapi, kami hanya berpacaran, Nini. Kenapa kamu mengatakan dia istri keduaku?”

Terhuyung tubuh Puniawati mendengar kalimat suaminya. Semakin kosong mata sayu itu menatap lelaki di hadapannya. Namun, segera disudahinya amarah yang semakin menggebu ingin memeluknya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kitt Rose

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB
X