“Aku hanya ingin menyelamatkan Mas dari rasa malu di hadapan para polisi itu. Tapi sudahlah, izinkan aku istirahat dulu, Mas.”
Baca Juga: Anggaran Kemenkominfo, Pelaksanaan Jasa Konsultansi pada Ditjen SDPPI Memboroskan Keuangan Negara
“Jangan bersikap seperti ini, Nini. Aku mohon, marahlah.”
“Istirahatlah Mas, besok banyak yang harus Mas lakukan. Aku lelah.”
Puniawati menguatkan langkah menuju pembaringan bekunya. Ingin dimuntahkannya semua rasa sakit di dadanya. Namun, wajah layu Aji membuatnya memilih menikmati kesakitan dalam diam.
Dipejamkannya mata perlahan, tak ingin melihat apa pun yang ingin terlihat. Doa dan dzikir di dalam hatinya begitu menenangkan, membelai lembut mengantar Puniawati mengurai luka.
Bersambung….
Mungkin teman Anda tertarik dengan novel ini. Mohon bantu share kepadanya, ya. Terima kasih telah menjadi pembaca setia klikanggaran.com*
Artikel Terkait
Novel Melukis Langit 1, Memeluk Prahara
Novel Melukis Langit 2, Gumpalan Awan Hitam
Novel Melukis Langit 3, Pertemuan
Novel Melukis Langit 4, Keputusan
Novel Melukis Langit 5, Perselingkuhan
Novel Melukis Langit 6, Kenyataan Pahit