Mertuaku meninggal ketika Hamiraa masih berusia lima tahun. Ia hanya berpesan; "Sekolahkan anak-anakmu setinggi-tingginya. Apa gunanya harta banyak jika tidak digunakan untuk yang bermanfaat. Utamakan pendidikan agama, pesantrenkan. Agar anakmu tidak hidup dalam kebodohan."
"Iya..." Jawabku sembari erat memeluk isteriku. "Besok kita pergi ziarah ke makam ayah."
Tasikmalaya, 2017***
Artikel Terkait
PUISI: Sekisah Cappucino
Puisi Cevi Whiesa Manunggaling Hurip.
PUISI: Melukis dalam Doa dan Harapan
PUISI : Cappucino Pagi
CERPEN: Menunggu Kereta
CERPEN FANTASI: Kia, Kakek, dan Alat Tulis Ajaib!
CERPEN: Pensil Frea
PUISI: Rindu Sekolah
PUISI: Haiku untuk Hatimu