CERPEN: Pensil Frea

photo author
- Rabu, 20 Oktober 2021 | 09:24 WIB
Ilustrasi (@sekar_mayang)
Ilustrasi (@sekar_mayang)

Lalu, BLAR!

Frea terlonjak. Bagaimana mungkin kilat datang menyambar dengan tiba-tiba, padahal langit sedang teramat cerah? Buru-buru ia keluar dari kamar kerja ayahnya dan bertanya pada ibunya.

“Mom, kaudengar itu?” Napas Frea tersenggal-senggal.

“Dengar apa?” Mrs. Broderick menatap Frea keheranan. “Kau kelihatan seperti baru saja berlari sepuluh mil, Frea. Apa PR-mu sudah selesai?” tanya ibunya lagi yang sudah kembali menyuapi Molly.

“Be—lum,” gumam Frea. Kakinya masih terpaku di lantai. Otaknya mencoba merekonstruksi apa yang terjadi di ruang kerja ayahnya.

Baca Juga: Denmark Open 2021: Ruselli Hartawan Belum Mampu Kalahkan Busanan, Gagal Maju ke 16 Besar

Kamar kerja Dad mulai berhantu, simpulnya.

Frea kembali masuk ke kamar kerja ayahnya. Ia berjongkok, mengambil pensil yang jatuh ke lantai. Dan, ketika bangkit, di hadapannya tersaji pemandangan yang tidak biasanya. Pensilnya kembali jatuh ke lantai.

“Halo, Frea,” sapa sosok wanita di depannya. Lalu, pintu tertutup begitu saja, seolah-olah ada tangan tak kasatmata yang mendorong.

Rahang Frea bergerak-gerak, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar. Ia tahu, matanya tidak asing dengan beberapa sosok yang kini berdiri di depannya. Terlalu familier, malah. Si wanita memakai gaun pesta berwarna biru muda yang terlihat mewah, kerlap-kerlip di sana-sini, rambut pirang panjang dikepang rapi dengan hiasan bunga-bunga yang tampak seperti aslinya, juga sepatu berwarna senada dengan gaunnya. Di samping si wanita, si pria memakai baju ala pangeran dari negeri dongeng. Di belakang mereka ada sekitar lima kurcaci dengan pakaian lusuh dan terkena noda lumpur. Semuanya bertopi, dengan warna yang berbeda-beda. Kemudian, ada makhluk yang merupakan perpaduan naga dan kuda—dari perut ke atas menyerupai naga, sisanya berbadan kuda. Dan, di kaki naga-kuda itu ada pohon kecil dengan daun yang cukup rimbun mirip pohon oak.

Tetapi, oak itu terlalu kecil. Dan, semuanya terlalu familier, ulang benak Frea.

Baca Juga: Hebat, Penghargaan Program Kampung Iklim (Proklim) 2021 Diborong Jateng

Tumit Frea terantuk sesuatu yang tergeletak di lantai. Frea melirik ke bawah. Buku dongeng Molly masih di sana, masih terbuka halamannya, tetapi Frea tidak mendapati gambar para tokohnya di halaman itu.

Frea kembali memandang sosok-sosok di hadapannya. “Apa kalian … ”

“Ya, ya, ya. Kami memang keluar dari buku dongeng. Ala kazam!” Si pria menggerak-gerakkan tangannya seolah hendak menakut-nakuti anak kecil.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB
X