"Nggak apa-apa. Aku hanya berpikir, sampai kapan Mas menutup diri seperti ini?"
"Aku nggak menutup diri. Kan, ada kamu."
"Maksudku, untuk gadis yang bisa dijadikan teman hidup."
"Enggak, ah. Nggak berani."
Baca Juga: Putra Ustaz Arifin Ilham Meninggal Dunia sebab Sakit Infeksi Liver
"Kenapa? Di luar sana masih banyak gadis yang setia dan berhati baik, Mas. Jangan terbelenggu oleh masa lalu. Aku lihat, temannya Mas Kumbang juga cantik-cantik. Tinggal pilih saja."
"Di mataku, cuma kamu yang cantik, dan aku cocok sama kamu."
"Aku serius, Mas. Mas Kumbang harus segera membuka hati dan menentukan, siapa calon pendamping hidup yang cocok buat Mas. Usia Mas makin hari, kan, makin bertambah."
"Aku juga serius. Aku maunya sama kamu saja."
"Aku? Nggak salah? Mas lupa aku sudah berkeluarga?"
Rasanya aku ingin pingsan saat itu juga mendengar begitu tegas suara Kumbang. Aku ingin menangis, terkoyak perasaan bahagia sekaligus nestapa.
Bagaimanapun aku dulu pernah mencintai Mas Surya. Jauhnya hati kami bukanlah alasan yang dapat kubenarkan untuk mengkhianati dia. Ditambah dengan hadirnya anak-anak dalam kehidupan kami.
Kekeringan di antara kami memang menyakitkan dan membuatku merasa tak ada gunanya lagi terus mencoba bertahan di sampingnya. Tapi, aku tak ingin kekeringan dan kehampaan yang kurasakan ini akhirnya menjebakku untuk melakukan sesuatu yang akan membuat suami dan anak-anakku tersakiti. Sekuat tenaga aku berusaha untuk tetap bersikap tenang.
Baca Juga: Losmen Bu Broto, Wanita Berprinsip dengan Kebaya yang Anggun
"Ayolah, Mas. Apa aku yang pilihin?" kataku akhirnya, untuk mencairkan suasana hatiku sendiri.