KLIKANGGARAN--Menjadi Santri bukan hal yang memalukan. Seperti halnya kisah Firman dan Vizaa yang akan aku ceritakan sesaat lagi.
Untuk yang hanya berlatar belakang pendidikan hanya lulusan pesantren, jangan minder. Perihal rejeki sudah ada yang mengatur. Harus bangga pernah menjadi santri.
Buktikan bahwa Santri pun bisa berperan penting dalam kehidupan. Buktikan bahwa walaupun hanya Santri tetap bisa menjalani hidup dengan bahagia.
Semua hidup sudah ada ketentuannya. Segala perjalanan kehidupan sudah Dia tuliskan bahkan jauh sebelum kita dilahirkan. Santri atau bukan akan menjalani hidup sesuai ketentuan-Nya.
Jangan takut, jangan bimbang.
"Ayah, ada teman aku yang katanya mau bertemu dengan ayah," ucap Fizaa, seorang perempuan berusia dua puluh lima tahun anak dari seorang pengusaha meubel di daerah Kiaracondong, Bandung. Kala itu, malam Minggu sehabis Isya Vizaa dan ayahnya sedang menonton tv.
"Namanya siapa?" Tanya Hasan, ayah Fizaa. Ia lalu menyeruput kopi hitam yang masih panas yang disediakan Fizaa di atas meja.
"Namanya, Firman," jawab Fizaa sembari duduk dan merunduk di samping ayahnya. Suaranya pelan, hampir kalah dengan volume tv, tapi ayahnya masih bisa mendengar walau tidak terlalu jelas.
Baca Juga: Denmark Open 2021: Ayo Jonatan Chistie, Kalahkan Kento Momota dan Maju ke Semifinal
"Orang mana?" Tanyanya lagi.
"Orang Tasik, Yah," jawab Vizaa sembari menunggu pertanyaan selanjutnya.
"Kenal di mana?" Ayah.
"Kenal waktu, waktu aku lagi ikut melihat pembacaan puisi di Sanggar Sastra. Dia ikut baca puisi, aku juga. Jadi kita bertemu lalu kenalan di situ," jawab Vizaa.