KLIKANGGARAN - Relasi Nahdlatul Ulama (NU) dengan politik mengalami pasang surut. Kiprah NU dalam politik dan negara, terbingkai dan terpola secara kuat. Kuatnya kiptah NU di jagad politik Indonesia, setidaknya bertumpu pada tiga hal.
Tiga hal itu adalah: pertama, landasan teologis yang menjadi basic teoritik dan road mapp gerakan dan garis perjuangan NU. Kedua, pengalaman panjang jatuh bangun mengawal perjalan bangsa. Ketiga, sumber daya kader yang melimpah.
Artikel berikut mencoba memanfaatkan tiga keunggulan NU dalam bernegara ini, sebagai basis reasoning untuk meretas jalan baru relasi NU dengan partai politik (Parpol), utamanya Partai Gerindra.
Titik Temu dan Sinergitas Politik NU dengan Partai Gerindra
Sekilas tampak agak memaksakan mengaitkan relasi NU dengan Parta Gerindra. Tetapi jika dicermati, sejatinya praktek dan kiprah politik hamper dua dekade Partai Gerindra berdiri, bisa disebut sejalan bahkan dalam banyak hal, telah dan tengah memainkan sebagai “alat perjuangan” NU di ranah politik.
Baca Juga: Atas Kejadian Ini, eSPeKaPe Ingatkan DPP Jangan Berlaku Dzolim pada Pensiunan Pertamina
Peran politik Partai Gerindra, pada sejumlah hal menguatkan hal ini (perjuangan politik NU). Berikut adalah sederet faktanya: jika NU adalah pelopor nasionalisme santri (Islam), Partai Gerindra adalah (terutama mewujud dalam sosok pendirinya, Prabowo Subianto) pilar utama nasionalisme berbasis horeisme. Juga, dari sekian Ketua Umum Partai Politik beraliran nasionalis, Prabowo-lah satu-satunya yang paling dekat dengan para kyai dan ulama.
Sementara secara struktur, Partai Gerindra memberikan sejumlah posisi strategis kepada kader-kader NU, di jajaran kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP), Dewan Pimpinan Daerah (DPD Provinsi), dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD Kab/kota) Partai Gerindra.
Gagasan dan perjuangan besar Partai Gerindra untuk membangun kemandirian bangsa sekaligus menggelorakan heroism-nasionalisme Indonesia, in line dengan tujuan berdirinya NU. Jargon yang dikibarkan NU “hubbul wathon minal iman”, cinta tanah air adalah bagian inti keimanan, sejalan dengan patriotism nasionalisme yang didengungkan Partai Gerindra.
Dalam tataran praktis, wujud dari cinta tanah air NU, adalah rekrutmen Komponen Cadangan (Komcad), yang rata-rata diambil dari anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser). Komcad adalah suatu program sejenis Wajib Militer (Wamil), yang diinisiasi oleh Menteri Pertahanan (Menhan), sekaligus Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Baca Juga: Habib Bahar bin Smith Sebut KSAD sebagai Jendral Baliho, Kok Bisa?
Politik Rahmatan Lil ‘Alamin NU
Politik NU adalah politik negara, politik yang merangkul semua kekuatan politik, berpijak pada pluralisme, toleransi serta menghormati kebhinekaan. Dalam jargon NU, hal-hal tersebut dibahasakan dengan: tasamuh, tawasuth, tawazun dan I’tidal. Empat istilah ini, didasarkan pada konsep rahmatan lil ‘alamin, kesejahteraan bagi semua.
Sementara Partai Gerindra, mempraktekkan pluralism dalam wujud nyata: struktur pengurus berikut agenda-agenda kepartaiannya. Bahkan Partai Gerindra adalah pelopor penyampaian salam semua agama dalam bernegara (tiap-tiap mengawali pidato dan rapat-rapat resmi kenegaraan). Salam semua agama tersebut adalah: assalamu’alakum (Islam), salam sejahtera (Katolik), shalom (protestan), om swastyasu (Hindu), serta salam kebajikan (Konghucu).