“ Pada malam penuh bintang-bintang
Setelah lewat perahu tambang, keranjang kubis, daun pisang
Lorong becek setelah tutup pasar
Berdiri Ana, lelakinya dan rebana...
Ana oh rebana
Ana, Ana, rebana
Kujumpa kau penari sombong
Lelakimu bersandar di tiang bedak
Kau dalam gaun merah tipis
Menarikan rebana, sambil kau gerai rambutmu yang panjang
Hanya kau dan dia
Ana, ana rebana
Dan aku teringat pada istriku
Saat-saat kubersama jelang tidur malam
Menarikan nyanyian cinta birahi
Lewat gaun tidurnya yang putih
Debar, rinduku debar
Debar rinduku padanya
Komedi kera di pasar malam
Seperti cermin hidup hari ini:
Burung punuk menunggang kera, kera menunggang kuda,
Lecutan dari pawang muda
Tapi tidak bagi si Ana
Bersama lelakinya dan rebana
Laju-laju di sepeda tua
Tertawa kecil juga
Dalam canda diri cerita lama
Ya
Tepi pedesaan gersang
Sore lengang
Saat bocah bermain layang-layang
Perawan Ana terlelap di surau
Sambil menghisap ibu jari dimulutnya yang lebar
Manakala angin bertiup seiring suara adzan
Rebana hilang
Ana terbangun ulah bocah lancang
Berbisik padanya dalam isak tangis
Dan ketika hari mulai gelap
Seorang lelaki dengan genggam tangannya yang berat dan kuat
Mengulurkan sebuah rebana
Seraya berkata: kau ! dalam seluruh waktu lewat hidupmu
Mainkanlah ini bagi dia yang mempertaruhkan segalanya,
Bagimu... Berbahagialah kau, Ana !
Allahu Akbar
Lailla haiIallah..
Dan aku teringat pada istriku
Saat-saat setelah suara adzan petang
Kami duduk berhadap-hadapan
Dengan senyum memandang ke depan
(“Ana Rebana”, Album Nyanyian Cinta, 1980)
Baca Juga: Indro Warkop Kenang Mendiang Kasino, Mengaku Dapat Firasat saat Menjelang Kematiannya
Pertama, Leo harus dipahami sebagai penyair unggul. Mata batinnya seperti raja elang. Ia menemukan berbagai cerita kehidupan di mana pun syahwat berkelana menuntunnya. Terminal, pasar, lumpur sawah, stasiun, pesisir dan sebagainya.
Aku rasa ada proses kreatif yang mistis, hanya dia sendiri yang tahu, bagaimana dan dimana kemudian dia menemukan nada-nada luar biasa untuk lirik-liriknya? Musikalitasnya sempurna...
Pernahkah engkau makan rawon “Nguling” Probolinggo? Telusurilah jejak rasa bahan dan rempahnya. Engkau akan sepakat: semuanya seakan-akan memang disiapkan agar paripurna sebagai sajian.
Baca Juga: Tembakkan Pistol Properti saat Shooting Film Rust, Aktor Hollywood Alec Baldwin Tewaskan Kru Film
Konon kluwek yang digunakan adalah kluwek Bali. Itupun mungkin diperam terlebih dahulu dalam tanah atau dikukus.