opini

Kata Kuntowijoyo, (Laki-Laki) 'Dilarang Mencintai Bunga-Bunga', ketika Ayah Menjadi Pusat Hidup

Jumat, 8 Oktober 2021 | 15:26 WIB
Ilustrasi: seorang anak (dok Sri Puspa O)


Bekasi, Klikanggaran.com-- Cerpen 'Dilarang Mencintai Bunga-Bunga karya Kuntowijaya' adalah cerpen yang bertema tradisional pada zamannya.

Cerpen 'Dilarang Mencintai Bunga-Bunga karya Kuntowijaya' ini menggambarkan paradigma yang telah terbentuk sesuai pakem-pakem yang berkembang pada zaman dulu.

Dalam cerpen 'Dilarang Mencintai Bunga-Bunga karya Kuntowijaya', seorang laki-laki harus bekerja, yang makna bekerjanya merujuk pada pekerjaan fisik.

Baca Juga: Jokowi Dibilang Jenius oleh Profesor Luar Negeri, Rocky Gerung pun Meradang, Kita Harus Malu, Lho?

Pun seorang anak harus mewarisi latar belakang ayahnya tanpa tedeng aling-aling, anak harus sama dengan profesi ayahnya.

Seorang ayah yang mungkin digambarkan sebagai seseorang yang kehilangan banyak kelembutan sehingga hanya menjadi figure otoriter untuk anaknya.

Sementara itu, seorang ibu adalah figur penetral dalam sebuah keluarga. Seorang wanita yang hanya akan manut dengan keputusan suaminya.

Baca Juga: The Genius of Jokowi, Profesor Univeristas Nomor 98 Dunia Itu Menyanjung Jokowi, Sementara di Sini? Tahu kan?

Cerpen ini, menurut saya, tidak berhenti hanya dalam ranah kritik sosial pada kaum Weberian atau kaum kapitalis.

Lebih dari itu, saya menangkap pesan lain dari cerpen ini. Mungkin saya akan memandang dari sudut religiusitas.

Pada sisi tokoh ibu, saya merasa cerpen ini memberikan pesan mendalam tentang bakti seorang istri kepada suaminya dan pengajaran seorang ibu kepada anaknya.

Baca Juga: Aktor Film Indonesia Yayan Ruhian Kembali Bermain Film Produksi Hollywood, Boy Kills World.

Bagian ketika Ibu menyambutku dengan ramah. “Jangan membantah ayahmu, Nak. Cepatlah mandi. Ah, hampir lupa: Kau harus mengaji" menggambarkan tokoh ibu yang berbakti kepada suaminya.

Tokoh ibu digambarkan sebagai objek yang manut yang sepakat dengan paradigma suaminya tentang laki-laki yang tidak boleh suka dengan bunga-bunga.

Satu sisi lain, tokoh ibu digambarkan sebagai pusat religiusitas keluarga yang mengajarkan bahwa seorang anak tidak boleh membantah ayahnya, selama keinginan ayahnya tersebut tidak keluar jalur.

Halaman:

Tags

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB