opini

NgeBimbel Itu Kereeen, Lho: Ketika Bimbel Menjadi Gaya Hidup

Jumat, 24 September 2021 | 22:23 WIB
Salah satu cabang Bimbel Nurul Fikri (dok. Bimbel NF)

Dengan begitu, mereka tidak bergantung pada sekolah saja. Di rumah, di bimbel, di tempat ibadah, di mana pun mereka berada, mereka bisa belajar.
Bimbel karena Teman Bimbel Juga

Alasan bimbel karena teman bimbel juga menunjukkan bahwa siswa tersebut menganggap bimbel sebagai sesuatu yang ngetren atau kekinian. “Temanku bimbel ya sudah aku juga bimbel”.

Bahkan, justru menjadi malu ketika dia tidak mengikuti bimbel. Memang agak kurang logis, tetapi faktanya ada fenomena seperti ini. Di kala siswa belajar karena disuruh-suruh orang tua, bahkan sampai dipaksa. Anak model seperti ini malah justru “menyuruh” orang tua mereka untuk menerima keinginannya mengikuti bimbel.

Apakah ini sesuatu yang positif? Jelas, ini pun positif. Berbeda dengan alasan siswa unggul yang mengikuti bimbel, fenomena ini justru lebih variatif dari sisi kondisi kemampuan siswanya yang mengikuti bimbel. Ada yang unggul. Ada yang sedang. Ada yang kurang. Mereka tertarik bimbel bukan karena semata-mata belajar, melainkan karena temannya senang belajar.

Baca Juga: Pentingnya Sosok Pembaca Pertama untuk Naskah Mentahmu

Sama halnya dengan remaja yang menyukai satu tren kekinian, K-Pop, misalnya. Apakah semua remaja yang menyukai K-Pop sungguh-sungguh menyukai K-Pop sampai hafal nama artisnya, judul lagunya, dan lain-lain. Tentu tidak.

Pasti ada di antara mereka yang sekadar mengikuti tren zaman. Daripada disebut tidak gaul, misalnya. Daripada disebut kurang update, misalnya. Ini bisa jadi terjadi juga pada fenomena bimbel karena teman bimbel ini. Karena tren, anak tersebut mengikuti bimbel. Karena dianggap kekinian, anak itu belajar.

Belajar sebagai Gaya Hidup

Belajar sebagai gaya hidup adalah kesimpulan penulis atas dua fenomena di atas. Bimbelnya sendiri sebetulnya hanya sebatas wadah bagi siswa untuk belajar. Motivasi dan perasaan senang dalam belajar itulah justru yang patut amat sangat disyukuri dari fenomena-fenomena tersebut, baik oleh orang tua maupun guru di sekolah. Terlebih oleh si anak itu sendiri.

Baca Juga: Ambyar! Azis Syamsuddin Tersangka Kasus Korupsi, Partai Berlambang Pohon Beringin Apa Kabarnya?

Lebih jauh lagi, generasi pembelajar memang sangat dibutuhkan oleh negeri kita ke depan. Tantangan zaman pada era yang serbacanggih sekarang sudah harus disiapkan jauh-jauh hari sebagai antisipasi.

SDM yang senang dengan belajar mutlak dibutuhkan. Mereka tidak bergantung pada satu forum belajar. Namun, di manapun dan kapanpun mereka tetap belajar. Belajar sebagai gaya hidup adalah tren yang seharusnya viral dan berada sejajar atau bahkan lebih unggul daripada tren-tren kekinian lainnya.

--------

Artikel ini sebuah opini yang ditulis oleh Alfi Irsyad Ibrahim, Pengajar Bimbel NF

Isi artikel ini tidak mengekspresikan pandangan dan kebijakan redaksi klikanggaran.com.

Halaman:

Tags

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB