Ditulis oleh: Yus Dharman,SH.,MM ,M.Kn
Advokat/Ketua Dewan Pengawas FAPRI (Forum Advokat & Pengacara Republik Indonesia). Jakarta, 21 april 2023.
KLIKANGGARAN -- Dalam kapitalisme, inflasi adalah sebuah kepastian, karena inflasi membuat adanya pertumbuhan ekonomi, konsekuensi nya akan makin senjang gap antara kaya dan miskin dalam masyarakat, kapitalisme merupakan salah satu faktor yang membuat dunia tidak pernah damai dan menuju kehancuran, karena tuhan nya uang, sehingga harus diciptakan proyek-proyek baru dengan monopoli tentunya, tidak peduli merusak lingkungan dan merugikan pihak lain, yang penting cuan. Mirip dengan permainan anak-anak yaitu monopoli, ujung nya bankir/bandar yang menang.
Menurut pengusaha hitam, kapitalisme masih merupakan ideologi terbaik jika dibandingkan dengan ideologi komunisnya Karl Mark yang memusatkan pemerintahan/kekuasaan untuk mengatur kehidupan masyarakat untuk miskin bersama, tidak demikian dengan Deng Xiaoping, Presiden Tiongkok ke dua, yang menggabungkan kapitalisme dengan Komunisme, meskipun menggunakan cara yang sama, namun tujuan nya berbeda, memusatkan pemerintahan/kekuasaan untuk mengatur kehidupan masyarakat Tiongkok untuk menjadi kaya bersama, sehingga membuat bangsa Tiongkok sekarang jadi kaya raya. Meskipun secara politik berhaluan komunis, namun ideologi ekonominya kapitalis, ada pemisahan yang jelas antara penguasa dengan pengusaha.
Di Tiongkok, keluarga pejabat dilarang keras berbisnis, begitupun pebisnis dilarang jadi pejabat. "Kau tidak bisa membuat kue dan memakannya juga. Jika kau memilih menjadi pejabat, kau tidak bisa menjalankan bisnis dan mencari kekayaan," ujar Xi Jin Ping.
Lantas, bagaimana dengan ideologi Pancasila yang kita punya? Harusnya Pancasila merupakan ideologi ideal yang masih bisa mempersatukan Indonesia yang sangat multi ras, budaya, agama, dan bahasa, namun sayangnya kita tidak konsekuen menjalankannya, tersandera oleh utang yang menumpuk, sehingga dengan mudah diintervensi oleh kekuatan pemodal yang pasti berpihak untuk kepentingannya.
Bayangkan jika dalam pertandingan sepakbola, wasit merangkap kapten kesebelasan dalam pertandingan, mungkinkah dapat berlaku adil? Sengaja diciptakan sistem politik yang ambigu berbasis biaya tinggi yang mengkondisikan siapapun yang menjabat berpotensi korup, akankah reformasi jilid dua merupakan ke niscayaan untuk mencegah kehancuran!
Artikel Terkait
Mengapa Biaya Perjalanan Ibadah Haji Terasa Memberatkan? Ada Apa dengan Sistemnya?
Kata Tukang dan Mesin Fotokopi Xerox
Retno Listyarti: Anak Adalah Peniru Ulung Termasuk ketika Menyelesaikan Masalahnya
Radio, Salah Satu Sumber Informasi Akurat dan Tepercaya
Rangkap Jabatan, Manfaat Atau Mudharat?
Prestasi dan Kemanusiaan
Quo Vadis Demokrasi di Indonesia
Oligarki
Catatan Perempuan Atas Refleksi 21 April: Pena Tulis R.A. Kartini: Dialektika Pemikiran dan Perjuangan
Idul Fitri