Prestasi dan Kemanusiaan

- Minggu, 2 April 2023 | 05:28 WIB
Presiden FIFA, Gianni Infantino marah dan menuduh pengkritik Piala Dunia 2022 di Qatar sebagai orang bayaran dan rasis. (fifa.com)
Presiden FIFA, Gianni Infantino marah dan menuduh pengkritik Piala Dunia 2022 di Qatar sebagai orang bayaran dan rasis. (fifa.com)

KLIKANGGARAN -- Prestasi biasanya diantonim dengan prestise/gengsi. Namun hari-hari ini prestasi seakan dikonfrontasikan dengan rasa kemanusiaan dan komitmen terhadap konstitusi.

Hari-hari ini, republik berduka karena keputusan pembatalan tuan rumah Piala U-20 oleh FIFA. Tiba-tiba seluruh negeri berduka, lalu muncul kecaman bahkan hujatan kepada beberapa pihak yang sebelumnya menyuarakan agar negara kita menolak kehadiran timnas Israel sesuai amanat konstitusi dan rasa kemanusiaan terhadap bangsa Palestina.

Pihak yang menolak tersebut berasal dari banyak kelompok, baik ormas Islam dan tokoh-tokoh nasional. Yang paling fenomenal, dan ini yang nampaknya memicu kemarahan FIFA, adalah penolakan oleh Gubernur Jateng dan Bali.

Padahal kedua provinsi ini menjadi tuan rumah event akbar tersebut, yang sebelumnya mereka bersama pemerintah pusat dan pemerintah daerah lainnya memberikan jaminan bagi penyelenggaraan event ini di daerah mereka.

Kedua gubernur seperti "dirujak" oleh netizen, berikut sumpah serapahnya, karena dianggap mematikan kesempatan Indonesia berlaga dan menjadi tuan rumah di even internasional yang sangat bergengsi ini. Salahkah kedua beliau? Atau para tokoh nasional dan ormas keagamaan yang menyuarakan hal yang sama?

Belakangan muncul statemen FIFA agar tidak mencampuradukkan olahraga dan politik. Di saat yang sama lembaga ini menolak keterlibatan timnas Rusia karena menginvasi Ukraina.

Lho.. lho.. bagaimana ini? Benarkah olahraga harus steril dari politik? Lalu bagaimana dengan kasus Rusia itu? Apakah definisi politik harus mengikuti standar FIFA dimana mereka bebas menentukan standar ganda versi mereka? Bila Ukraina mendapat simpati yang patut tentu kita mengapresiasi.

Mengapa Palestina seakan tidak berhak mendapat simpati yang sama? Apa karena Ukraina sama-sama bangsa kulit putih, sedangkan Palestina adalah bangsa Arab yang tidak berarti bagi mereka?

Bagaimana kita melihat FIFA ini? Patutkah kita merasa rendah diri divonis oleh lembaga yang standar ganda semacam itu?

Apakah kita menundukkan kepala begitu saja mengikuti standar politik versi mereka? Lalu dimana konstitusi kita yang begitu tegas bicara kemanusiaan?

Mimpi berlaga di even internasional tentu mimpi semua anak bangsa, namun haruskah kita melacurkan spirit kemanusiaan kita demi prestasi dan prestise sebagai bangsa?

Kita tentu simpati melihat kekecewaan atlit-atlit muda kita yang berbakat, dan yang perlu dilakukan seharusnya membangun kembali motivasi mereka tanpa sibuk mencari kambing hitam, dan kedaulatan sebagai bangsa harus tegak dihadapan FIFA meski sadar sikap patriotik dihadapan lembaga hipokrit itu tidak banyak membantu, namun setidaknya kita masih memberikan bekal kepada generasi penerus sebuah kisah heroik yang tidak akan pernah disesali selamanya.

Mari kita bangkit sambil terus berjuang demi dunia yang berkeadilan betapapun berat dan pahitnya jalan tersebut. Kemuliaan dan marwah bangsa memang tidak murah, namun harus terus diperjuangkan. 

Artikel ini merupakan opini yang ditulis oleh K.H. Jamaluddin F. Hasyim, Ketua KODI Jakarta.

Halaman:

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Jangan Jual Kucing Dalam Karung

Jumat, 26 Mei 2023 | 13:03 WIB

Natalius Pigai: INDONESIA BANGSA MULTI MINORITAS

Selasa, 23 Mei 2023 | 12:23 WIB

Revolusi

Jumat, 19 Mei 2023 | 14:40 WIB

Pemerasan Dunia Maya: Tidak Hanya BSI, Lho

Rabu, 17 Mei 2023 | 08:12 WIB

Sejarah Konspirasi

Rabu, 17 Mei 2023 | 05:14 WIB

Hoax Uang Kertas

Minggu, 14 Mei 2023 | 09:22 WIB

Siklus Plato

Minggu, 7 Mei 2023 | 20:10 WIB

Odious Debt alias Hutang Najis

Jumat, 28 April 2023 | 19:32 WIB

Reformasi Jilid Dua

Senin, 24 April 2023 | 21:12 WIB

Idul Fitri

Sabtu, 22 April 2023 | 19:19 WIB

Oligarki

Kamis, 20 April 2023 | 18:57 WIB

Quo Vadis Demokrasi di Indonesia

Selasa, 18 April 2023 | 13:15 WIB

Prestasi dan Kemanusiaan

Minggu, 2 April 2023 | 05:28 WIB
X