“Betul, kamu berpacaran dengan Anggia, Ru?” tanya Bima.
Aku tidak menjawab. Aku masih sibuk tertawa sambil memegangi perut. Kulirik Bima, wajahnya agak kesal dengan tingkahku.
“Sebentar, Bim,” kataku, lalu mengambil tempat di salah satu bangku panjang di taman. Bima mengekor dan duduk di sampingku. “Kamu dapat kabar itu dari mana?”
“Banyak yang bilang, Ru.”
“Iya, siapa saja yang bilang?”
Bima tidak bisa menjawab. Aku tahu, Bima hanya mendapat kabar dari angin lalu. Mendengar dari mulut-mulut kurang kerjaan.
“Bim, kamu itu temanku satu-satunya di kampus ini yang tahu siapa aku. Kita berteman sejak kapan?”
“SMP,” sahut Bima.
“Nah, dan di SMP kita sudah lengket seperti permen karet yang terlalu sering dikunyah. Kamu tahu bagaimana borokku di masa lalu, begitu pula sebaliknya. Kalau ada apa-apa, aku pasti cerita lebih dulu ke kamu sebelum orang lain, termasuk soal cewek. Seingatku, aku belum cerita apa-apa soal cewek ke kamu.” Kulihat Bima mengangguk-angguk. “Jadi, siapa yang lebih kamu percaya?”
Baca Juga: Indramayu Ikut Jawa Atau Sunda?
“Kamu, Ru,” jawab Bima dengan suara lemah.
Ini bukan kali pertama Bima mengira aku punya pacar. Dan, sudah berkali-kali juga kuingatkan ia agar tak mudah percaya ucapan orang lain.
“Sorry, Ru.”
“Tidak apa-apa, Bim.” Aku menepuk-nepuk bahunya. “Sejak beberapa hari lalu aku memang ingin cerita sesuatu. Hanya saja, aku belum terlalu yakin, jadi baru bisa kulakukan sekarang.”
Artikel Terkait
Monolog Sepatu Bekas
Cerpen: Wanita Jalang
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 1
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 2
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 3
Dua Gelas Kisah Bagian Satu