Novel Melukis Langit 10, Seorang Gadis Lain di Sebuah Mahligai

photo author
- Sabtu, 13 November 2021 | 18:12 WIB
Novel Melukis Langit (Dok.klikanggaran.com/Blackrose)
Novel Melukis Langit (Dok.klikanggaran.com/Blackrose)

Puniawati selalu mengurai kerikil dalam hatinya dengan tak bersuara nyaring. Diam sejenak selalu menjadi pilihan Puniawati untuk mencari kata terbaik sebagai bekal berdiskusi.

Aji berjalan menjauh dari pintu kamar. Diraihnya bungkus rokok dan korek di meja makan, lalu berjalan gontai menuju taman belakang. Malam itu tak ada bintang di langit nun jauh di ketinggian sana. Aji melihat langit sangat hitam, pekat, seperti isi hati dan kepalanya. Dia tak tahu apa yang harus dan akan dilakukannya.

Lelaki itu duduk mematung, tak lama kemudian matanya mongering. Wajahnya yang sejenak lalu penuh penyesalan kini perlahan mengeras kembali, dan dingin.

*

Baca Juga: Akhirnya Britney Spears Bebas dari Konservatori!

Keluar dari sebuah bank, berjalan gontai menuju pelataran parkir, Puniawati berhenti sejenak pada sebuah rumah makan di ujung jalan. Pikirannya coba mengingat lagi, makanan apa yang kira-kira malam ini bisa tersentuh tangan suaminya.

Masakan dari dapurnya sudah hampir satu tahun ini tak pernah lagi disentuh Aji. Setiap hari dicobanya membawa pulang makanan yang sama seperti yang selalu dipesan Aji bersama teman-temannya. Tiap hari berharap makanan yang dibawanya juga disentuhnya.

Aji semakin hari semakin menunjukkan perubahan yang tak lagi dapat dipahami Puniawati. Jarak keduanya terasa semakin jauh bagi Puniawati. Tak satu pun kalimatnya mampu menembus dinding pendengaran Aji.

Perilaku bisnisnya juga sudah mulai membuat Puniawati cemas. Banyak hal dilakukan Aji dengan tanpa pertimbangan matang. Bahkan, hampir semua dana simpanan dimasukkan ke dalam modal kerja oleh Aji. Setiap kali Puniawati mencoba mengingatkan selalu berujung pertengkaran.

Puniawati memutuskan untuk mencoba menu-menu baru di rumah makan yang dilihatnya. Belum sampai langkah Puniawati menjejak di pintu rumah makan, matanya menangkap suaminya keluar dari bank lain yang letaknya tak jauh dari tempatnya berada. Di sebelahnya bergelayut manja seorang wanita sambil menggandeng tangan suaminya.

Seorang Linda yang lain, bisik hati Puniawati nyeri.

Baca Juga: OTW Amerika! Sandiaga Uno Pamitan, Titip Kemenparekraf ke Wamen

Mereka tertawa riang sambil berjalan memasuki mobil Aji. Puniawati hampir tak ingin peduli dengan pemandangan yang sudah sering dilihatnya itu, namun kali ini kembali rasa penasaran menguasainya. Segera dia berjalan kembali dan memasuki mobil, kemudian melaju mengikuti ke mana mobil Aji pergi.

Sesampai di depan sebuah hotel, Puniawati memarkir mobilnya perlahan, tak jauh dari mobil Aji terparkir. Dinyalakannya kretek sambil memperhatikan dari dalam mobil kedua insan itu memesan kamar. Pikirannya mencari cara bagaimana dirinya dapat bergabung dalam ruangan hotel itu.

Puniawati memeras otak sambil memainkan asap yang mengepul keluar dari bibirnya. Matanya melirik agenda berwarna hitam tergeletak di kursi samping. Segera diambilnya agenda itu, membuang kretek, dan berjalan cepat memasuki hotel itu dengan tenang.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kitt Rose

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB
X