Novel Melukis Langit 4, Keputusan

photo author
- Minggu, 7 November 2021 | 19:42 WIB
Novel Melukis Langit (Dok.klikanggaran.com/Blackrose)
Novel Melukis Langit (Dok.klikanggaran.com/Blackrose)

"Aku minta sekali lagi, kamu aja yang putusin."

"Dan, nanti jika keluarga mempertanyakan, Mas Aji selamat dari berbagai tudingan?” Puniawati menahan sesak napas, lalu melanjutkan berkata, “Apa itu yang Mas Aji inginkan? Aku juga sudah mulai lelah dengan semua ini, Mas. Memikul tanggung jawab atas apa yang tidak aku lakukan. Aku sudah katakan berulang kali, apa pun keputusan Mas Aji, akan aku dukung sepenuhnya. Tapi, cobalah mulai sekarang Mas Aji menjadi diri sendiri. Bertanggung jawab atas apa yang Mas putuskan."

Baca Juga: Hati-Hati, Ada Pencurian Buku Nikah, Sudah Ribuan Buku Nikah Dicuri dan Dijual ke Jasa Kawin Kontrak

Puniawati yang lelah mulai tak dapat mengendalikan diri. Hari ini Aji mengatakan ingin berhenti kerja, esok dia akan mengatakan bahwa dirinya tak sanggup menjalankan bisnis, lalu esok hari kembali berubah.

Puniawati hampir tak dapat lagi mengikuti keinginan suaminya. Kesabarannya sudah di ambang batas menghadapi sikap suaminya, maka diputuskannya untuk mulai bersikap tegas menghadapi lelaki yang sekarang hampir tak dikenalnya itu.

Mendengar nada tegas Puniawati, Aji melembutkan ketegangan di wajahnya.

“Lalu, bagaimana dengan kehidupan kita nanti jika aku memutuskan berhenti kerja?” tanyanya kemudian.

"Maksud Mas Aji?"

"Ya, selama ini kan, kamu dan anak-anak sudah terbiasa hidup serba berkecukupan. Kalian ingin apa saja aku bisa penuhi. Semua keinginan kita dengan cepat dan mudah dapat terpenuhi.” Aji berhenti sebentar, menyeruput kopi.

“Apalagi kamu, dari kecil terbiasa hidup mewah. Hampir sepanjang masa hidupmu selalu bergelimang harta dan kemudahan. Sementara kalau bisnis, kita harus merintis dulu. Tentu saja kita harus hidup sederhana terlebih dahulu," lanjutnya.

Baca Juga: Kabarnya Tubagus Joddy, Sopir Vanessa Angel, Didampingi Tim Trauma healing dan Psikolog sebab Mentalnya Down

Puniawati menghela napas, mencoba menekan sesak di dadanya sebelum berkata, "Mas, aku sudah bilang bahwa rezeki itu dari Allah. Artinya, bukan dari siapa pun juga, termasuk Mas Aji. Maafkan aku, bukan berarti aku tidak menghargai apa yang telah Mas Aji lakukan selama ini. Tapi, semua itu tidak pernah terlepas dari campur tangan Allah, Mas. Jadi kita kembalikan dan serahkan saja selanjutnya pada-Nya."

Wajah Aji memerah, entah murka atas ucapan istrinya, atau malu karena baru menyadari kesombongannya. Ditatapnya Puniawati lebih lama, ingin mencari, apa selanjutnya hentakan yang akan ditujukan Puniawati padanya.

Namun, tak ada apa pun di wajah itu. Mata Puniawati juga masih menatap dengan lembut, bibirnya masih penuh dengan senyum. Aji merasa malu dan segera melunakkan nada suara.

"Maafkan aku, Nin. Aku baru menyadari betapa sombongnya aku selama ini. Termasuk dengan sikap-sikapku yang lain. Maafkan aku, ya?"

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kitt Rose

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB
X