“Benar-benar lelah.”
"Aku sangat mengerti, Mas. Sabar, ya."
"Aku juga udah bosen dengan rutinitas yang tak pernah berubah dari hari ke hari di kantor.”
Puniawati diam.
“Situasi juga makin nggak nyaman, sistem dibuat semau sendiri."
"Iya Mas, aku juga ngerti itu."
"Aku ingin sesuatu yang baru.”
“Ayolah, lakukan yang ingin Mas Aji lakukan. Semangat, Mas.”
“Aku ingin melakukan segala sesuatu dengan ringan, seperti yang kamu lakukan selama ini. Aku lihat semakin hari usaha yang kamu kelola di berbagai bidang berkembang semua."
Baca Juga: Benarkah Bijih Emas Bisa Didapatkkan di Sungai?
"Itu semua tidak terlepas dari izin Allah, juga dukungan dari Mas Aji.”
“Iya, sepertinya usaha sendiri enak juga, ya.”
“Tidak ada satu hal pun yang aku rencanakan sendiri, Mas. Semua dari Allah dan setiap saat bisa saja diambil-Nya kembali. Makanya, aku sangat hati-hati menjalankan semuanya."
"Apa kamu setuju, jika kuputuskan berhenti kerja?"
Puniawati menelan ludah sebelum menjawab, "Mas, aku tidak bisa bilang setuju atau tidak terhadap salah satu keputusan yang Mas ambil nanti. Tugasku adalah mendukung apa pun keputusan Mas Aji. Tetapkanlah keputusan itu dengan hati tenang, Mas. Toh, masalah di kantor sudah selesai."
Artikel Terkait
Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Satu
Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Dua
Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Tiga
Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Empat
Kopi Sore dan Timbunan Cinta Lima, Rumah Kaca
Kopi Sore dan Timbunan Cinta Enam
Novel Melukis Langit 1, Memeluk Prahara
Novel Melukis Langit 2, Gumpalan Awan Hitam
Novel Melukis Langit 3, Pertemuan