Baca Juga: Pandemi dan Korupsi, Dua Wabah Besar yang Sangat Berbahaya
“Jadi, bagaimana kabarmu, Ru?”
Aku mengembuskan asap ke udara di depanku. “Baik,” jawabku. “Never been better.”
“Syukurlah.”
“Aku hanya rindu anak-anak, Fer. Sudah dua minggu aku tidak bertemu mereka. Yuna agak membatasi anak-anak untuk bertemu denganku. Bahkan, aku tidak bisa mendengar suara mereka lewat telepon.”
“Sudah kamu datangi rumah mereka?”
“Sudah.”
“Lantas?”
Baca Juga: Jokowi Targetkan 17 Bendungan Selesai di Akhir Tahun, Ini 8 yang Sudah Diresmikan
“Yuna tidak mengizinkan aku bertemu Kirana dan Dira. Aku bahkan ditinggalkan begitu saja di teras rumah.”
Ferdi menunduk.
Aku mematikan bara rokokku. Satu sesapan kopi terakhir membuat hari ini sempurna. Akan kuingat momen ini, selalu. Bahwa aku pernah bahagia, bahwa aku bisa membuat kebahagiaan itu sendiri … bersama banyak teman.
Aku bahagia, sampai aku tahu setitik kabar soal Moy.
Seorang teman yang berprofesi sebagai dokter sebuah rumah sakit di Cirebon, pernah melihat Moy dirawat di sana. Sebuah pertemuan yang tidak sengaja, serta tidak dalam waktu yang tepat.
Baca Juga: Dua Gelas Kisah Bagian Sebelas
Artikel Terkait
Dua Gelas Kisah Bagian Tujuh
Dua Gelas Kisah Bagian Delapan
Dua Gelas Kisah Bagian Sembilan
Dua Gelas Kisah Bagian Sepuluh
Dua Gelas Kisah Bagian Sebelas