Sebelum Cecil bercerita soal Moy, aku bahkan lupa kalau aku mengenal gadis itu. Jeda belasan tahun itu penyebabnya. Akan tetapi, begitu Cecil menyebut nama Moy, memori itu muncul dengan segera. Seperti memanggilku, seperti menungguku untuk bergerak. Mengetahui bahwa selama ini jarak aku dan Moy tidak jauh, aku merasa kesal sendiri.
Oh, bukan, ini bukan salah Cecil. Bukan karena Cecil enggan bercerita, tetapi memang aku baru saja bertemu Cecil. Ia sendiri tidak pernah punya kesempatan untuk bicara banyak saat bertemu Moy di rumah sakit. Begitu kesempatan datang, ternyata Moy sudah pulang. Lalu, ide itu datang begitu saja ke benak Cecil. Ia akan mencari alamat Moy di arsip rumah sakit. Ia akan mengunjunginya nanti sepulang kerja.
Cecil sempat satu kali datang ke rumah Moy.
“Moy langsung mengenaliku, Ru. Itu luar biasa,” kata Cecil. “Kupikir kami akan sulit berkomunikasi, tetapi nyatanya ia bisa bicara, meski agak terbata.”
Ketika Cecil bertanya soal lebam-lebam di wajah Moy, yang Moy lakukan waktu itu hanya menunjuk foto Chris yang terpajang di dinding ruang tamu. Dan, Cecil langsung paham apa yang telah terjadi.
“Satu lagi, Ru,” kata Cecil, “Moy sendiri yang tidak ingin dirinya ditemukan.”
Artikel Terkait
Dua Gelas Kisah Bagian Tujuh
Dua Gelas Kisah Bagian Delapan
Dua Gelas Kisah Bagian Sembilan
Dua Gelas Kisah Bagian Sepuluh
Dua Gelas Kisah Bagian Sebelas