Dua Gelas Kisah Bagian Tujuh

photo author
- Selasa, 31 Agustus 2021 | 15:28 WIB
Dua Gelas Kisah (Dok.klikanggaran.com/Sekar)
Dua Gelas Kisah (Dok.klikanggaran.com/Sekar)

Begitu pula aku, Moy.

***

Baca Juga: Indonesia di Posisi ke 6 Dunia Eksportir Keragenan, Industri Rumput Laut Masuk Daftar Prioritas Investasi

Aku tidak menjalankan saran Ferdi sampai beberapa minggu setelahnya. Fokusku agak teralihkan oleh pekerjaan kantor. Aku harus mengganti tugas rekanku untuk sementara waktu. Akibatnya, aku pun kerap pulang malam. Biasanya pukul lima sore aku sudah sampai rumah, sekarang pukul sembilan. Aku bersyukur, Bu Imah tidak keberatan menjaga anak-anak sedikit lebih lama. Tentu dengan kompensasi yang sesuai.

Yuna pun luar biasa sibuk. Dalam lima atau enam minggu itu, Yuna hanya di rumah beberapa hari. Jeleknya diri ini, aku bahkan tidak ingin tahu Yuna ke mana. Aku pun berpesan pada Bu Imah agar ia tidak perlu tanya apa-apa pada Yuna. Cukup laporkan saja padaku jika Yuna muncul.

“Saya lebih percaya padamu, Ru. Saya bisa menduga banyak hal soal istrimu itu, tetapi saya yakin kamu tidak ingin tahu apa yang saya pikirkan.”

Aku tersenyum mendengar pendapat Bu Imah, wanita baik hati yang sudah seperti ibuku sendiri. Kukatakan padanya, biar aku yang mengurus Yuna nanti jika pekerjaanku sudah kembali normal. Ia hanya perlu fokus pada dua matahariku. Jika butuh uang untuk keperluan Kirana dan Dira, Bu Imah kularang meminta pada Yuna. Aku tidak yakin uang Yuna sepenuhnya bersih.

Baca Juga: Proses Penjualan Kayu Sonokeling Perum Perhutani di Kantor Divre Jateng dan Jatim Tidak Sesuai Ketentuan

Jujur saja, aku juga agak menunda-nunda segalanya terkait Yuna. Kami bisa tidak bertemu selama beberapa hari. Jangan tanya soal aktivitas ranjang kami. Aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku melakukannya bersama Yuna. Sampai saat itu akhirnya terjadi, kurasa. Aku dan Yuna berdua saja di kamar, bersama sebuah kecanggungan yang luar biasa.

Pukul sepuluh malam. Anak-anak sudah tidur dan Bu Imah sudah pulang sedari sore. Aku sengaja menyetel pengeras suara di kamar anak-anak, berjaga-jaga jika mereka membutuhkanku. Yuna sendiri sudah di rumah sejak pukul empat sore. Sungguh anomali bagiku. Sebab, biasanya ia baru akan sampai rumah menjelang tengah malam. Jadi, pukul sepuluh malam, aku dan Yuna berada di ranjang yang sama.

Selama beberapa menit kami hanya diam.

“Besok siang aku tugas ke Sumedang,” Yuna memecah sunyi.

“Iya,” gumamku.

“Tiga hari,” katanya lagi.

“Iya, terserah kamu saja, Yuna,” sahutku sama sekali tak bersemangat.

Halaman:

Artikel Selanjutnya

Dua Gelas Kisah Bagian Satu

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kitt Rose

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB
X