“Hmm, kerang-kerang itu tidak ada lagi. Mereka akan punah dalam waktu cepat.”
“Tepat sekali.”
Air pasang mengenai kaki-kaki mereka. Damar dan ayahnya bergeser ke arah daratan dan kembali mengeruk pasir, mengambil hanya kerang yang sudah besar dan membiarkan yang masih kecil.
Matahari merambat mendekati horison. Sebentar lagi senja datang, tetapi Damar dan ayahnya belum hendak pulang. Masih ada waktu sedikit lagi untuk menambah isi stoples.
“Apakah cara itu juga berlaku untuk hewan lain, Ayah? Misalnya ayam atau sapi?” tanya Damar sambil tangannya tetap menyekop pasir.
“Iya, sama saja untuk hewan apa pun untuk tujuan dikonsumsi manusia. Dan, tujuannya bukan hanya untuk satu hewan saja, tetapi juga untuk hewan lain. Kamu bisa menebak alasannya?”
Tangan Damar berhenti. wajahnya tampak serius jika sedang berpikir.
“Agar hewan lain di laut juga tidak ikut punah?” ucap Damar agak ragu-ragu.
“Betul.” Pak Asep meletakkan sekopnya, lalu kembali bicara, “Dalam satu ekosistem, tidak hanya satu makhluk yang hidup. Di laut misalnya, ada berbagai ukuran ikan. Ikan-ikan kecil merupakan makanan bagi ikan-ikan berukuran besar. Plankton dimakan ikan kecil. Ikan kecil dimakan ikan ukuran sedang, lalu ikan itu dimakan ikan yang lebih besar lagi. Bayangkan jika populasi plankton menghilang, tidak ada lagi makanan untuk ikan-ikan. Pelan-pelan, para ikan ini juga akan habis. Lalu, laut kita menjadi kosong. Kita pun pada akhirnya tidak bisa menikmati lezatnya ikan bakar atau kerang rebus seperti kesukaanmu.”
Damar mengangguk-angguk.
“Kita perlu ingat, Damar, bahwa manusia tidak diizinkan mengambil seenaknya segala sesuatu dari alam. Kita tidak boleh membiarkan keserakahan menguasai diri. Tanpa manusia, alam bisa merawat dirinya sendiri. Kehadiran manusia justru lebih sering melukai alam dan akhirnya manusia juga yang merasakan akibat buruknya.”
“Seperti banjir yang terjadi karena gundulnya hutan, Yah?”
“Betul. Itu salah satu contoh rusaknya ekosistem. Jadi, kita perlu menahan diri untuk tidak gegabah merusak alam. Ambillah secukupnya agar esok dan seterusnya kita bisa tetap menikmati kekayaan yang disediakan Tuhan untuk kehidupan ini.”