“Sampai sekarang dia masih bersama Anda.”
Baca Juga: Jelang Lawan Indonesia, Federasi Malaysia, FAM Tuntut Pemain Tampil All Out 100 Persen
“Saya bingung, Pak. Saya seperti selalu bersamanya. Kadang mengajak saya untuk merasakan rindu dan cinta yang luar biasa indah. Tapi, saya tidak tahu pada siapa rindu dan cinta itu.”
“Suatu saat nanti Anda akan menemukannya.”
“Bisakah Bapak ceritakan apa yang terjadi sebenarnya?”
Lelaki itu menarik napasnya dalam-dalam, menyalakan kretek, lalu menatap Mayang dengan pandangan iba.
“Atma memiliki kekasih bernama Sukma. Gadis yang sangat cantik, lemah lembut, dan penuh perhatian. Mereka saling mencintai.”
“Lalu, apa yang terjadi?”
“Perbedaan derajat membuat mereka tidak bisa bersatu.”
“Perbedaan derajat?”
“Ya. Keluarga Atma yang berasal dari keturunan ningrat tidak merestui hubungan itu. Bahkan sangat menentangnya. Ditambah lagi usia Sukma lebih tua dari Atma. Sampai kemudian Sukma sakit dan meninggal.”
“Ya Tuhan, tragis sekali. Pasti Atma sangat kehilangan.”
Baca Juga: Relasi Sinergis Nahdlatul Ulama-Partai Gerindra
“Bukan kehilangan lagi.”
Lelaki tua itu berhenti sebentar, menarik napasnya lebih dalam, lalu menghisap kretek dan mengembuskannya dengan berat. Ditatapnya Mayang yang masih menunggu dengan sabar, sebelum melanjutkan ceritanya.