KLIKANGGARAN – Apa kabar, Pembaca? Kembali bersama saya di novel Melukis Langit. Sudahkah Anda menemukan sesuai pada bab sebelumnya?
Puniawati yang terpuruk di sudut ruangan, apa gerangan yang sedang kau rasakan? Dapatkah novel Melukis Langit menjawab pertanyaan itu?
Novel Melukis Langit kian tegas menggores remah kisah kehidupan. Akankah Aji pulang? Andai pulang, apa yang akan terjadi?
Yuk, meluncur ke novel Melukis Langit bagian tujuh. Semoga pembaca menemukan sesuatu di dalamnya.
∞
Baca Juga: Cargo Ducati Di-unboxing, Konon untuk Konten, Bea Cukai Pun Buka Suara
"Jangan lupa jemput anak-anak sama suster ke rumah Oma, Pak Sur. Nyonyah pasti lupa mengingatkanmu. Besok mereka sekolah, kalau jemputnya terlalu malam bisa repot aku dibuatnya." Surti berteriak mengingatkan sebelum Pak Sur lenyap ditelan pintu.
Untuk mengawal sementara usaha Aji di bidang produksi makanan, akhirnya Maria memutuskan untuk membeli rumah di Jakarta dan tinggal di sana bersama Satria, adik bungsu Puniawati yang melanjutkan kuliah di ibukota.
Jaraknya dari rumah Puniawati tak terlalu jauh, sehingga hampir setiap pekan ketiga anak Puniawati dibawa untuk menginap di sana. Maria sangat menyayangi dan memanjakan ketiga cucunya itu. Puniawati pun tak pernah khawatir saat anak-anak berada dekat ibunya.
"Iya, gue inget. Ntar habis Ashar gue jemput," jawab Pak Sur sambil terus melangkah.
Baca Juga: Sate Maranggi: Kelezatan Rasa dan Akar Sejarahnya
Surti kemudian berlari kecil mengekor langkah Pak Sur, menyimpan gosip dan pertanyaan-pertanyaan yang ingin dia sampaikan. Perempuan itu sungguh merasa penasaran dan ingin bertanya banyak hal. Dia yakin Pak Sur tahu banyak tentang sikap-sikap aneh majikannya karena dia sudah lama bekerja di rumah itu.
Pak Sur mengetahui hal itu dan berusaha menghindar dengan kesibukan lain. Dihindarinya setiap kali Surti mendekat dan hendak mengatakan sesuatu. Hatinya tidak tega melihat majikan perempuannya terpuruk di sudut ruangan sendirian.
Pada saat yang sama, mobil Aji mendekat dengan klakson melengking panjang, kemudian perlahan memasuki garasi yang dibuka dengan tergopoh-gopoh oleh Pak Sur. Setengah sadar Puniawati terbangun mendengar raungan klakson mobil Aji. Sedikit terbuka matanya melihat jam dinding, jam enam pagi.