KLIKANGGARAN--Cita rasa yang terdapat pada sate maranggi sudah tidak bisa diragukan. Variasi sajian pada sate maranggi seakan membuat masyarakat ingin menyantap dengan sepiring nasi.
Tiap jenis sate maranggi memiliki kelezatan tersendiri. Hal tersebut datang dari jenis olahan daging, bumbu bakar sate, hingga cara memasak sate yang berbeda-beda.
Di Purwakarta sendiri, sate maranggi telah menjadi sebuah identitas lokal. Tidak lengkap rasanya jika berkunjung ke Purwakarta kalau belum mencicipi sate maranggi.
Sate maranggi adalah sebuah hidangan yang begitu nikmat. Saking lezatnya, Presiden Republik Indonesia ke-7 yakni bapak Presiden Jokowi Widodo memasukkan sate maranggi sebagai hindangan favorit beliau.
Bahkan dilansir dari situsi detiknews.com dalam artikel yang berjudul “Jokowi Bawa Sate Maranggi Mendunia, Bupati Purwakarta pun Tersanjung” menjelaskan jika sate maranggi dan kopi mandailing adalah menu spesial santap siang dengan para CEO Korsel yang berinvestasi di Indonesia.
Tapi, bicara soal kelezatan sate maranggi, kita pun mesti mengetahui bagaimana sate maranggi ini bisa muncul dan menjadi identitas lokal Purwakarta?
Baca Juga: Cargo Ducati Terbongkar, Karyawan Sirkuit Mandalika Pun Dipecat, Tindakan Konyol Demi Konten?
Sate maranggi sebetulnya telah ada sejak tahun 1960-an. Dimulai dari dua sentra sate maranggi, yakni daerah Plered dan Hutan Jati Cibungur. Kekhasan cita rasa pada sate maranggi kian dikenal masyarakat dan mudah ditemukan pada beberapa wilayah yang ada di Indonesia.
Sate Maranggi merupakan olahan daging yang berbentuk dadu berukuran 1cm dengan 4 potongan daging nantinya akan disatukan sejajar dengan cara menusukkan daging pada bilah bambu runcing berukuran 20 cm.
Selanjutnya akan diberi bumbu lalu dipanggang hingga matang. Perlu kita ketahui jika sate maranggi ini adalah salah satu kuliner yang merupakan asimilasi dari kebudayaan China.
Baca Juga: Masyarakat Kecewa Uji Emisi Hari Ini di Dinas LH DKI Jakarta Dibatalkan
Hal ini dilatarbelakangi dengan adanya kesamaan pada bumbu dan sejarah kuliner di Indonesia pada masa itu. Dahulu, saat saudagar China berbondong-bondong datang ke Nusantara, mereka turut membawa segala kelengkapan budaya atau tradisi masa lalu dan mengimplementasikannya dengan kultur Nusantara pada waktu itu.
Termasuk pada teknik pengolahan makanan seperti memanggang, mengukus, dan menumis disebut sebagai hasil dari pengaruh Tionghoa peranakan saat proses akulturasi terjadi. Hingga sekarang kita mengenal beberapa olahan masakan dari adanya teknik memasak ini. Seperti, bakso, capcai, pangsit, dan siomay.
Artikel Terkait
Hanna Kirana Meninggal , Ciri Jantung Bermasalah dan Cara Pencegahannya Menurut dr. Zaidul Akbar
SBY Divonis Kanker Prostat, Inilah Empat Cara Pencegahannya, Nomor 4 Mencengangkan!
Pesan Adik-Adik Perempuan Pegunungan Bintang, Papua tentang Makna Cantik yang Sesungguhnya
Mengenali dan Mengilmukan Sifat-Sifat Rasulullah Saw
Hari Pahlawan, 10 November: Pesan Penting Para Pahlawan Nasional untuk Kita Renungkan
Akun IG Fuji, Adik Bibi Ardiansyah, Diserbu Warganet dengan Prasangka Negatif
Benarkah Bijih Emas Bisa Didapatkkan di Sungai?
Seperti Apakah Orang yang Menyandang Sebutan Kaya?
Kenali Jenis Kelapa Ini, Berikut Manfaatnya bagi Kesehatan