fiksi

CERPEN: Pensil Frea

Rabu, 20 Oktober 2021 | 09:24 WIB
Ilustrasi (@sekar_mayang)

KLIKANGGARAN--Sudah pukul enam sore. Frea, gadis tiga belas tahun itu meletakkan buku dongeng milik adiknya, Molly, yang masih berumur empat tahun. Molly sekarang sedang disuapi melon oleh ibunya.

Frea masuk ke kamarnya. Ia ingat, PR Matematika yang tadi siang ia kerjakan belum tuntas. Masih ada empat nomor lagi. Sebenarnya, bukan ia yang sengaja menunda menuntaskan tugasnya, tetapi tadi pensilnya patah. Pun sudah teramat pendek. Ia keluar kamar dengan membawa dua pensil baru. Rautan pensil ada di kamar kerja ayahnya—tidak boleh dibawa ke ruangan lain, titah sang ayah. Jadi, tiap hendak meraut pensil, Frea harus ke kamar ayahnya, ruangan yang harus ditempuh melewati zona bermain sang adik di ruang tengah.

Tadi siang Molly merajuk, tidak mau ditemani ibunya. Molly ingin Frea duduk di sampingnya dan membacakan dongeng, seperti yang sering ia lakukan. Frea menghela napas. Pensil-pensilnya yang masih utuh itu ia masukkan ke kantong jaket.

Baca Juga: Empat Fakta Terowongan Silaturahmi yang Menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, Jakarta

Sang ayah baru akan pulang larut malam nanti. Hari ini Mr. Broderick bertugas di rumah sakit sampai pukul sebelas malam. Itu berarti Frea bisa bebas menjelajah kamar kerja ayahnya. Frea suka aroma buku-buku tua koleksi ayahnya. Buku-buku kedokteran, novel-novel, majalah-majalah terbitan belasan tahun yang lalu, dan belakangan, Mrs. Broderick menambahkan satu rak lagi di sudut ruangan untuk buku-buku dongeng Molly yang sekarang jumlahnya mencapai ratusan. Lebih cocok jadi perpustakaan alih-alih kamar kerja, pikir Frea.

Frea tersandung salah satu buku dongeng Molly yang tergeletak di lantai. Ia meringis. Ujung ibu jari kakinya terantuk sudut buku yang lancip. Buku itu terbuka, dan sekilas Frea melihat gambar para tokoh dongeng tersebut. Ada sang putri, pangeran, makhluk perpaduan naga dan kuda, beberapa kurcaci, dan pohon-pohon bonsai yang bisa bicara. Frea sendiri sudah sekitar lima kali membacakan buku itu untuk Molly.

Mengabaikan nyeri pada jarinya, Frea terus saja melenggang ke meja kerja ayahnya. Di sana rautan pensil itu diletakkan. Frea memutuskan akan langsung ke kamarnya untuk menyelesaikan PR Matematika. Masih ada besok untuk menyambangi buku-buku tua di ruangan ini, pikirnya.

Baca Juga: Ayo Jojo dan Ginting, Kalahkan Lawan dan Maju Babak 16 Besar Denmark Open 2021

Batang pensil sudah masuk ke lubang rautan, tetapi tiba-tiba saja ada udara yang bergerak di depan wajah Frea. Poninya berantakan. Matanya kemasukan debu. Sejenak Frea bingung dengan apa yang terjadi. Lalu, ia melihat jendela ruangan itu belum ditutup.

Ah, Mom pasti terlalu sibuk sampai lupa menutup jendela kamar kerja Dad, pikirnya.

Frea menutup jendela, lalu kembali meraut pensilnya. Namun, tiap putaran yang ia buat, ada bunyi aneh menyertainya. Bukan, bukan dari rautan pensil. Di telinga Frea, suaranya terdengar seperti dari sudut ruangan. Suara yang mirip deritan engsel pintu yang lama tidak diminyaki.

Tangan Frea berhenti sejenak. Telinganya berusaha menangkap sesuatu yang janggal, tetapi tidak terjadi apa-apa. Kamar kerja itu kembali sunyi.

Baca Juga: Akhir Tahun 2021, 70 Persen Penduduk Indonesia Telah Divaksinasi, Kata Jokowi

Frea selesai dengan batang pensil pertamanya. Kini, batang pensil kedua mulai ia raut. Dan, bunyi derit itu kembali.

Halaman:

Tags

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB