KLIKANGGARAN --Bisa jadi terdapat fakta: Koruptor tidah hanya pandai mengembat uang haram, tetapi juga pandai memanipulasi perilakunya. Jangan aneh apabila kita melihat ada tokoh yang terlihat saleh, peduli pada rakyat kecil, dan berani membela hak-hak orang duafa, tetapi ternyata ditangkap KPK.
Ya, tentu saja kondisi itu seperti yang digambarkan dalam teori dramaturgi, yang dikembangkan oleh sosiolog Erving Goffman, menggambarkan interaksi sosial sebagai sebuah pertunjukan teater di mana terdapat panggung depan dan panggung belakang.
Si koruptor yang menampilkan kesan "saleh" di depan keluarganya (ibu, ayah, istri, suami, atau anak), tetapi dalam habitat lainnya, watak aslinya sangat bertolak belakang. Dan, ini yang dikisahkan dalam sekuel film Bollywood, Raid 2.
Film Raid memang fokus pada aksi penggerebekan dan pembongkaran harta haram. Namun, sekuelnya, Raid 2, menyelipkan sebuah ironi yang menyentuh hati dan sering kali terjadi di dunia nyata: seorang koruptor yang tampak begitu baik dan saleh di mata keluarganya, terutama ibunya.
Dalam Raid 2, kita kembali mengikuti sepak terjang Amay Patnaik (Ajay Devgn), kali ini dalam skala kejahatan yang lebih besar dan melibatkan jaringan yang lebih kompleks.
Salah satu karakter kunci yang ia hadapi adalah Sadashiv Verma, seorang politisi berkuasa yang juga seorang dalang kejahatan terorganisir. Di mata publik dan para bawahannya, Sadashiv Verma adalah sosok yang tegas dan berwibawa. Namun, di rumah, terutama di hadapan ibunya, ia menjelma menjadi anak yang berbakti.
Adegan-adegan yang menampilkan interaksi Sadashiv dengan ibunya sungguh kontras dengan kejahatan keji yang ia lakukan di luar rumah. Ia berbicara dengan lembut, menuruti setiap perkataan ibunya, dan menunjukkan perhatian layaknya anak saleh.
Sang ibu, yang diperankan dengan apik, melihat Sadashiv sebagai anak yang baik, sukses, dan selalu membantunya. Ia sama sekali tidak menyadari, atau mungkin tidak mau mempercayai, bahwa putranya adalah seorang kriminal yang merugikan banyak orang.
Inilah ironi yang sering terjadi. Para koruptor, di balik topeng kekuasaan dan kekayaan haram, bisa saja menampilkan wajah yang berbeda di lingkungan keluarga.
Mereka bisa menjadi sosok yang penyayang, dermawan, bahkan religius di mata orang-orang terdekat mereka. Hal ini membuat orang-orang di sekitarnya sulit percaya ketika kejahatan mereka terungkap.
Cinta seorang ibu sering kali tanpa syarat dan membutakan. Sang ibu dalam Raid 2 mungkin hanya melihat sisi baik putranya dan menolak segala kemungkinan bahwa anaknya terlibat dalam kegiatan ilegal.
Ia mungkin lebih memilih untuk percaya pada citra yang dibangun oleh putranya di hadapannya.
Film ini secara halus mengingatkan kita bahwa penampilan bisa menipu. Seseorang yang terlihat baik dan berbakti di lingkungan terdekatnya, belum tentu memiliki integritas yang sama di ranah publik atau dalam menjalankan kekuasaannya. Korupsi adalah kejahatan yang bisa dilakukan oleh siapa saja, tanpa memandang latar belakang atau bagaimana mereka bersikap di hadapan orang-orang tertentu.
Kisah Sadashiv Verma dan ibunya dalam Raid 2 menjadi pengingat penting untuk selalu waspada dan kritis. Kita tidak boleh mudah tertipu oleh penampilan luar atau citra baik yang sengaja dibangun.
Artikel Terkait
Kelas BIPA UNPAM Go Internasional: Sinergi Bersama PUP Filipina Lewat Special Lectureship
Penguatan Nilai Karakter Nasionalisme sebagai Wujud Menjaga Persatuan dan Kedaulatan Negara
Melampaui Logika: Kekuatan Kepekaan, Intuisi, dan Kebijaksanaan
Saat Pekerjaan Menjadi Identitas: Menyelamatkan Cara Berpikir Kaum Muda Indonesia
Hidup Damai pun Berat, Apalagi Konfrontasi: Blok Ambalat atau Sabah — Mandek, Sengketa, atau Kelola Bersama? Tapi Rakyat Juga Siap Berperang
Perang Akal dan Harta: Mengupas Trik Koruptor ala Film 'Raid'