Kesimpulannya, bahasa adalah pisau bermata dua. Di satu sisi, ia mempersatukan peradaban; di sisi lain, ia bisa menjadi alat penghancur jika jatuh ke tangan yang salah. Kewaspadaan terhadap penggunaan bahasa dalam kejahatan bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.
Masyarakat, aparat, dan pemerintah harus bersinergi untuk mematahkan setiap upaya kriminal yang bersembunyi di balik kata-kata. Hanya dengan memahami "bahasa musuh", kita bisa melindungi diri dari ancaman yang terselubung retorika.
Tindakan nyata dimulai dari kesadaran. Sudahkah Anda waspada hari ini?
Artikel ini merupakan sebuah opini yang ditulis oleh Sri Lestari, Mahasiswa Sastra Universitas Pamulang
Artikel Terkait
Kibul Hollywood dan Arogansi Penjajah yang ditampilkan dalam Film Disney
Merancang Pembelajaran Sastra dengan Pendekatan Pembelajaran Deep Learning di Sekolah atau Madrasah
Meningkatkan Minat Menulis Puisi Sebagai Antisipasi Di Tengah Maraknya Gangguan Kesehatan Mental Pada Generasi Z
Meningkatkan Layanan Purna Jual Industri Otomotif: Pentingnya Sertifikasi Kompetensi di Sektor Otomotif Perbaikan
FSGI Kecam Pemecatan Novi Citra Indriyati Sebagai Guru, Soroti Kebebasan Berekspresi
Bahasa-Bahasa di Indonesia yang Terancam Punah: Perjuangan Menyelamatkan Warisan Budaya Nusantara
Saatnya Memikirkan THR untuk Petani Jelang Idulfitri