Pembebasan Palestina Harus dengan Aksi Nyata, Bukan Hanya Sekadar Kata

photo author
- Jumat, 17 November 2023 | 16:37 WIB
Ilustrasi (Pixabay/hosnysalah)
Ilustrasi (Pixabay/hosnysalah)


KLIKANGGARAN --- Luka Palestina masih meradang. Palestina masih berdarah. Penyerangan yang dilakukan entitas Yahudi terhadap Palestina semakin brutal. Penyerangan tersebut telah menyasar hingga ke rumah sakit dan tempat pengungsian korban-korban perang. Tidak hanya itu, jurnalis, lansia, hingga anak-anak juga ikut menjadi korban. Sejak 7 Oktober 2023 lalu hingga Selasa, 14 November 2023 kemarin, tercatat warga Palestina yang syahid mencapai 11.180 orang, termasuk di dalamnya 4.609 anak-anak dan 3.100 wanita. Sementara itu, 28.200 orang mengalami luka-luka.

Seperti yang diketahui, sejak 7 Oktober lalu, perang antara antara Hamas dan Israel di Jalur Gaza kembali memanas. Kelompok Hamas diketahui melepaskan tembakan sebanyak 5.000 roket yang menghantam sejumlah kota besar di Israel yang menewaskan sedikitnya 1.300 orang Israel gara-gara serangan itu. Israel pun membalas secara membabi buta untuk melumpuhkan jalur Gaza. Dalam kurun sebulan, 10 ribu lebih warga Palestina kehilangan nyawa. (Dirilis dunia.tempo.co pada 7 November 2023)

Banyak yang berpendapat bahwa aksi brutal Israel itu akibat ulah Hamas yang memulai penyerangan pada 7 Oktober lalu. Namun, jika diamati kembali, sebenarnya tindakan yang dilakukan kelompok Hamas merupakan sebuah aksi kebangkitan mengingat penjajahan yang dilakukan oleh entitas Yahudi terhadap warga Palestina sudah terjadi sejak puluhan tahun yang lalu. Aksi heroik pasukan Hamas tersebut seharusnya mendapat dukungan penuh dari kita sebagai umat muslim dan juga dari negara lainnya atas upaya pembebasan diri dari penjajahan.

Satu hal yang harus dipahami oleh seluruh muslim dunia bahwa apa yang terjadi di Palestina bukanlah konflik antarnegara karena dari awal Israel bukanlah negara meskipun keberadaannya saat ini diakui oleh PBB. Yang terjadi di sana saat ini adalah penjajahan, bahkan genosida. Berdasarkan fakta tersebut, kita akan memahami bahwa yang dilakukan oleh pasukan Hamas dan warga Palestina merupakan sebuah aksi perlawanan atas 75 tahun penjajahan Israel terhadap Palestina. Sejak 1948 penjajahan dan penindasan dilakukan Israel terhadap Palestina dan sudah saatnya Palestina berhak meraih kemerdekaan.

Sejak diumumkannya deklarasi Balfour yang berisi pernyataan publik bahwa Pemerintah Inggris akan mendirikan “rumah nasional bagi bangsa Yahudi” di Palestina, Palestina yang awalnya berada di bawah naungan Khilafah Utsmaniyah harus rela berbagi tanah dengan bangsa Yahudi. Pembagian yang awalnya 45 persen untuk bangsa Arab dan 55 persen untuk bangsa Yahudi ternyata tidak cukup membuat entitas Yahudi tersebut merasa puas. Sejak 1948, warga Palestina terus diperangi, bahkan hingga terusir dari tanah sendiri.

Pembebesan Tanah Palestina

Pembebasan tanah Palestina sudah sepantasnya dilakukan oleh semua negara Islam dengan mengirimkan pasukan militernya. Namun, sejak Khilafah Utsmaniyah berhasil digulirkan oleh negara barat, umat muslim dunia telah dipisahkan dengan batasan-batasan nasionalisme. Bukan hanya diberi batasan, muslim dunia juga dibuat buta dan tuli saat ada saudara seimannya yang terjajah di belahan dunia lainnya. Para penguasa pun dilalaikan dengan kekuasaannya dan tidur terlelap dalam segala angan-angannya. Palestina menjerit, namun tidak ada yang mendengar jeritannya.

Aksi pembebasan seharusnya dilakukan dari luar sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Sayyidina Umar bin Khattab dengan pasukannya, lalu pembebasan kedua dilakukan kembali oleh Shalahuddin Al Ayyubi bersama pasukan perangnya. Jika kita ingin membesakan Palestina, membebaskan Al Aqsa, sudah seharusnya kita bergerak dan bersatu. Pembebasan Palestina bukanlah hal yang instan dan otomatis. Para pendahulu kita telah memberikan contoh betapa Palestina adalah negeri yang sangat penting untuk dibebaskan. Itulah yang menjadi landasan Umar dan Shalahuddin dalam memperjuangkan tanah Paletina.

Diamnya Para Penguasa

Namun, lihatlah apa yang terjadi saat ini. Kita akan dibuat mengerutkan kening saat masih ada muslim yang berdiri dalam barisan pendukung para penjajah. Hanya dengan melihat tragedi 7 Oktober, mereka dengan mudahnya mengecam pasukan Hamas. Mata hati dan pikiran jernih mereka tidak dapat lagi melihat fakta sejarah sejak puluhan tahun yang lalu bagaimana warga Palestina dibuat menderita di bawah penjajahan Yahudi laknatullah.

Lebih miris lagi tatkala kita melihat diamnya penguasa negeri-negeri muslim atas genosida yang dilakukan entitas Yahudi ini terhadap Palestina. Sejauh ini, para penguasa muslim hanya bisa mengecam, mengutuk, dan menyerukan penghentian perang tanpa aksi nyata. Padahal, kita tahu, selama lebih dari tiga belas abad lamanya, Islam sangat disegani, bahkan ditakuti oleh musuh. Namun, lihatlah kini musuh telah berhasil menundukkan para penguasa negara-negara Islam yang terpecah belah. Sejak perang kembali memanas, para penguasa hanya mampu mengecam dan mengutuk dari jauh dan hanya mengirimkan bantuan-bantuan kemanusiaan.

Pada kenyataannya, yang dibutuhkan oleh Palestina bukan hanya itu. Kecaman saja tidak cukup karena kita semua tahu bahwa penjajahan yang dilakukan oleh entitas Yahudi ini tidak bisa dihentikan hanya dengan diplomasi dan basa-basi kecaman saja. Tidak ada diplomasi yang bisa menghentikan Israel. Buktinya, sudah lebih dari 30 diplomasi dikeluarkan PBB, tetapi Israel bergeming dan tidak patuh terhadap hukum internasional. Sudah banyak bangunan sekolah, masjid, dan rumah sakit yang dibombardir. Ini artinya, satu-satunya cara menghentikan kekejian Israel adalah perang militer melawan militer. Oleh karena itu, langkah konkret yang harus dilakukan para penguasa negara Islam adalah dengan mengirimkan pasukan militer ke Palestina untuk menghentikan serangan militer Israel agar penjajahan Israel bisa dihentikan.

Persatuan Umat

Umat Islam harus bersatu. Ikatan akidah dan ukhuwah islamiah mestinya menjadi pendorong terkuat para penguasa muslim mengirim tantara militer untuk menolong saudaranya di Palestina. Persatuan umat muslim di seluruh dunia sangat dibutuhkan dalam penyelesaian penjajahan terhadap Palestina. Jika umat Islam bersatu, musuh akan runtuh. Jika muslim menggaungkan jihad dengan kalimat “Allahu Akbar”, entitas Yahudi penjajah itu akan mampu diluluhlantakkan.

Satu-satunya jalan pembebasan Baitul Maqdis dan Palestina adalah dengan jihad seperti yang dilakukan oleh Shalahuddin Al Ayyubi. Jika ada kemauan dari para penguasa Arab dan muslim, jihad untuk melawan para penjajah zionis Yahudi bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Namun, sudah lebih dari 70 tahun Palestina dijajah, tidak ada aksi nyata dari para penguasa Arab dan negara muslim lainnya. Mengharapkan para penguasa untuk dapat mengerahkan pasukan perangnya itu ibarat pepatah “Bagai pungguk merindukan bulan”. Hal tersebut hanyalah sesuatu yang mustahil untuk dicapai.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X