KLIKANGGARAN --- Pada Hari Sumpah Pemuda, Sabtu (28/10/2023), Kemendikbud gelorakan semangat memajukan negeri. Dikutip dari Kompas.com, Sesjen Kemendikbud Ristek, Suharti, memberikan imbauan agar seluruh ekosistem dunia pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi untuk menjadikan momentum peringatan Hari Sumpah Pemuda ini untuk membangkitkan semangat kolaborasi dalam memajukan negeri.
Hari Sumpah Pemuda ke-95 tahun 2023 mengusung tema “Bersama Majukan Negeri” dengan logo Hari Sumpah Pemuda ke-95 yang mengandung makna ‘penguasaan pemuda terhadap teknologi dan informasi serta literasi digital’ menjadi sesuatu yang harus disikapi secara serius. Oleh karena itu, diharapkan setiap pemuda memiliki visi, misi, serta peran strategis untuk 30 tahun ke depan untuk pembangunan yang dapat berlari lebih cepat.
Sudah sepatutnya, para pemuda menjadikan momentum ini sebagai pengingat perjuangan kemerdekaan yang secara historis telah melibatkan banyak peran pemuda. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pemuda merupakan tonggak kebangkitan suatu kaum dan tolak ukur maju atau mundurnya sebuah peradaban masa depan sebuah negara. “Jika ingin melihat keadaan suatu bangsa, lihatlah pemudanya,” begitulah pesan Sayyidana Ali bin Abi Thalib.
Jiwa muda yang penuh kobaran semangat, menggelora, berapi-api, dan revolusioner, serta semangat juang yang tinggi merupakan beberapa faktor mengapa pemuda menjadi penentu kebangkitan sebuah peradaban. Sifatnya yang cenderung menghendaki perubahan secara menyeluruh, jiwa yang penuh dengan impian dan harapan, serta memiliki fisik dan mental yang kuat menjadikan pemuda memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa. Hal ini semakin menguatkan pendapat bahwa pemuda adalah agent of change yang sangat menentukan masa depan.
Begitu pula pada masa Rasulullah dahulu yang setiap pemudanya mempunya peranan penting dalam perkembangan dakwah dan Daulah Islamiyah. Melalui para pemuda, Rasulullah menyebarkan ide-ide Islam. Bahkan, Madinah (saat itu bernama Yatsrib), berhasil diislamkan oleh seorang pemuda bernama Mush’ab bin Umair. Bukan hanya itu, panglima terbaik dalam penaklukan Bizantium (benteng Konstantinopel) juga datang dari kalangan pemuda. Muhammad Al Fatih masih berusia 21 tahun saat itu. Selain digelar Al Fatih, ia juga merupakan seorang khalifah dengan usia yang cenderung masih sangat muda.
Dari dua sosok tersebut kita dapat belajar bahwa seorang pemuda harus mempunyai kekuatan fisik dan kecerdasan akal untuk dapat mempertahankan sebuah peradaban. Dengan kekuatan iman, kedudukan seorang pemuda akan dikukuhkan. Pemuda yang berani bertindak dan berani mengambil risiko terhadap tindakannya, tentunya, menjadi ciri pemuda tangguh, pemuda yang mampu membawa dampak pada kebangkitan agama dan bangsa.
Kebangkitan Pemuda Belum Tercapai
Jika dibandingkan dengan pemuda kita saat ini, keadaannya sungguh berbeda. Kebangkitan bangsa yang diharapkan dapat direalisasikan oleh pemuda masih belum tercapai. Sikap pragmatis, apatis, apolitis, dan permisif telah menjangkiti para pemuda negeri ini. Kepedulian terhadap urusan politik dan segala persoalan yang menimpa negeri ini dijauhkan dari kehidupan mereka. Apatis terhadap kepentingan bersama dan hanya peduli dengan urusan pribadinya. Pemuda masa kini justru terjajah dalam mentalitas bobrok dan perilaku menyimpang: pergaulan bebas, penyimpangan seksual, perundungan, budaya hidup hedonis sudah mendominasi kehidupan pemuda masa kini. Sebagai pemegang tombak agen perubahan, hal ini tentu sangat jauh dari peran pemuda sesungguhnya.
Tantangan pemuda masa kini bukan lagi penjajahan secara fisik. Pemuda sekarang tidak menyadari bahwa dirinya diserang melalui pemikirannya. Mereka dibuat lalai, lupa, dan lelah dengan serangan berpelurukan 4F: fun, food, fashion, dan film. Tantangan dan ancaman semacam ini tidak bisa diremehkan. Perang pemikiran yang lahir dari proses sekularisasi dan liberalisasi telah membuka jalan bagi menguatnya nilai-nilai kebebasan dan jauh dari ketaatan pada nilai-nilai agama. Hasilnya, kriminalitas, seks bebas, perundungan, dan segala penyimpangan lainnya kian menjamur.
Musuh-musuh Islam sangat cermat melihat kelemahan sendi-sendi umat Islam yang apabila ditinggalkan, semakin tersesatlah umat tersebut. Diantara sendi-sendi Islam yang dijadikan target utama mereka untuk dijauhkan dari umat Islam adalah sebagaimana yang disabdakan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam.
"Aku tinggalkan dua perkara yang mana apabila kalian berpegang teguh pada keduanya, niscaya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya setelah aku wafat; Kitabullah (Al-Qur'an) dan Sunnah Rosul-Nya."
Harapan terhadap Penyandang Agent of Change
Pemuda sebagai agent of change benar-benar menjadi harapan perubahan sebuah bangsa, termasuk Indonesia. Untuk menjadi pemuda terbaik harapan bangsa, para pemuda diharapkan memiliki ilmu dan wawasan yang luas. Amirul Mukminin, Umar bin Khattab, pernah berkata, “Hendaklah kamu berilmu sebelum kamu memimpin.” Dalam hal ini, negera diharapkan dapat memfasilitasi pemuda untuk mendapatkan pendidikan yang baik secara merata.
Ironisnya, sistem pendidikan saat ini tidak mengarahkan peserta didik untuk menjadi ahli dalam bidang kepemimpinan ataupun politik. Mereka justru dicetak menjadi tenaga kerja untuk meramaikan industri. Hal ini justru membentuk mindset para pelajar bahwa tujuan sekolah adalah untuk mendapatkan pekerjaan. Tidak ada tujuan luhur untuk mencerdaskan bangsa sehingga terlepas dari penjajahan.
Artikel Terkait
Mengintip Semarak Kemerdekaan di Bumi La Maranginang
Pengaruh Positif Petugas Dalam Peningkatan Efektivitas Pemungutan Retribusi
Menciptakan Kemudahan, Mengakselerasi Pelayanan
Menuju Indonesia Emas 2045: Pemuda Gen Z Harus Apa?
Munas CSSMoRA XIV : Satukan Persepsi, Kuatkan Kolaborasi Demi Wujudkan Regenerasi CSSMoRA yang Bersinergi
Terima Kasih untuk Semua Pemimpin
Kasus Bunuh Diri Usia Remaja Terus Meningkat, Apa yang Salah dari Generasi Muda?
Pinokio dan Kebohongan Politik
Megawati