DEMOKRASI

photo author
- Selasa, 31 Oktober 2023 | 20:09 WIB
Patung Liberty adalah patung neoklasik kolosal di Pulau Liberty di Pelabuhan New York di Kota New York, Amerika Serikat (Pixabay/Ronile)
Patung Liberty adalah patung neoklasik kolosal di Pulau Liberty di Pelabuhan New York di Kota New York, Amerika Serikat (Pixabay/Ronile)

KLIKANGGARAN-- Mungkin demokrasi dianggap sebagai agama oleh Amerika Serikat maka ia harus disebarkan dan dianut oleh banyak negara sekalipun ongkosnya mahal. Demi demokrasi, Amerika Serikat mengobok-ngobok banyak negara yang dianggap tidak menjalankan pronsip-prinsip demokrasi.

Tapi, sebuah survei yang dilakukan oleh Center for Politics, Universitas Virginia pada September lalu menunjukkan hasil yang sangat mengejutkan. Terdapat 31% pendukung Donald Trump dan 24% pendukung Presiden Joe Biden percaya bahwa demokrasi “tidak lagi dapat dijalankan” dan bahwa Amerika “harus mencari bentuk pemerintahan alternatif untuk menjamin stabilitas dan kemajuan.”

Bahkan, hasil survei itu lebih mengejutkan lagi bahwa ketika responden ditanya apakah penggunaan kekerasan dapat diterima untuk menghentikan lawan politik mencapai tujuan mereka, 41% pendukung Biden dan 38% pendukung Trump menjawab setuju. Jelas kekerasan sebagai bentuk pemaksaan sangat bertentangan dengan nilai demokrasi. Maka, hasil survei itu seolah-olah mengungkapkan apa sebenarnya akar bentrokan antara pendukung Trump dan Biden ketika menyikapi hasil pilpres pada tahun 2020.

Seandainya, rakyat Amerika Serikat sepakat meninggalkan sistem demokrasi, kira-kira sistem negara seperti apa yang akan menjadi alternatif. Dalam tulisannya di 'The Republic', Plato mendeskripsikan lima tipe utama negara: aristokrasi (diperintah oleh elit minoritas); timokrasi (pemerintahan oleh militer, seperti pada zaman Sparta); oligarki (diperintah oleh orang kaya); demokrasi (pemerintahan oleh rakyat); dan tirani (diperintah oleh seorang lalim). Jangan terkejut apabila sistem negara tirani yang akan dipilih ketika kecenderungan pemakaian kekerasan dianggap sebagai pilihan. Atau, bisa bereksperimen seperti pernah dilakukan di Indonesia, dengan membuat demokrasi terpimpin dan demokrasi Pancasila.

Tapi, sebodo amat dengan hasil survei dan persepsi orang Amerika Serikat, jika memilih sesuai kehendak hati sebagai bagian kecil dari demokrasi, pilihan saya tetap kopi pahit sajalah.


Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Insan Purnama

Sumber: opini

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X