Venerose menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Ditepisnya bayangan itu. Diusapnya air mata yang mengalir deras di pipi. Diputarnya kembali harapan agar tidak berhenti, lalu mengalunkan doa sambil memejamkan matanya. Dia ingin tetap dapat berpikir lebih jernih.
"Uang itu akan dapat membawa Mama pada kehidupannya yang telah lama hilang di atas pembaringan," bisiknya pelan. "Tapi, aku harus menikahinya dan kehilangan cintaku. Apakah ini pilihan yang adil? Apakah hanya dengan menjadi gundik saja jalan untuk kesehatan Mama?
*
Baca Juga: Raih 3 Sertifikat Warisan Budaya Takbenda, AL Haris Harapkan Khazanah Budaya Jambi Lebih Diperbanyak
Venerose memegang tangan mamanya dan menciumnya dengan penuh cinta. Pikiran gadis itu melayang jauh, mencari jalan untuk mendapatkan biaya operasi. Hatinya terpaku menunggu jawaban-Nya, Sang Kekasih yang dia yakin tak akan berpaling darinya.
Setapak demi setapak hatinya melangkah, lalu digenggamnya tangan mamanya lebih erat sambil mengalunkan nada rindu pada Sang Khalik. Dikupasnya hati agar noda menipis dan rindu sampai pada-Nya. Diulangnya lagi seperti hari-hari lalu, mencoba bicara dengan bongkahan ganas yang berdiam di rahim mamanya.
Bersambung
Artikel Terkait
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 1
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 2
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 3
Cerbung: Cicak Jatuh di Halaman
Cerbung: Cicak Merayap di Dinding
Cerbung: Samudra di Lautan Malas
Cerbung Samudra Ingin Kembali