“Nggak Isya dulu?”
“Nantilah menyusul.”
Aji berlalu tanpa menunggu jawaban dari istrinya yang menatap punggungnya dengan tatapan kian beku. Tanpa menoleh lagi lelaki itu mengambil kunci mobil dan segera melesat meninggalkan rumahnya.
Tanpa banyak berkata lagi Puniawati mencium punggung tangan suaminya, lalu kembali duduk menikmati kesendirian. Dikepulkannya asap kretek perlahan, meliuk dan menari di depan matanya, ingin memanggil kembali bayangan wajah dalam mimpi yang hampir memudar.
Baca Juga: Ramai Perdebatan Gara-Gara BTS Masuk Nominasi Grammy Award untuk Kedua Kalinya, Lho, Kenapa?
“Nikmati saja penyesalan sebagai hiasan basimu, Aji. Aku akan terus di sini bercinta dengan mimpiku. Aku akan bertahan untuk anak-anak.”
∞
Bersambung….
Mungkin teman Anda tertarik dengan novel ini. Mohon bantu share kepadanya, ya. Terima kasih telah menjadi pembaca setia klikanggaran.com*
Artikel Terkait
Novel Melukis Langit 1, Memeluk Prahara
Novel Melukis Langit 2, Gumpalan Awan Hitam
Novel Melukis Langit 3, Pertemuan
Novel Melukis Langit 4, Keputusan
Novel Melukis Langit 5, Perselingkuhan
Novel Melukis Langit 6, Kenyataan Pahit
Novel Melukis Langit 7, Cintanya Ditelan Laut
Novel Melukis Langit 8, Bersenggama dengan Laut
Novel Melukis Langit 9, Gadis di Pangkuannya
Novel Melukis Langit 10, Seorang Gadis Lain di Sebuah Mahligai