fiksi

Dua Gelas Kisah Bagian Tiga

Senin, 30 Agustus 2021 | 18:47 WIB
Dua Gelas Kisah (Dok.klikanggaran.com/Sekar)

***

Hari-hari setelah percakapan di sudut perpustakaan itu sungguh luar biasa. Di kampus, kami nyaris tidak terpisahkan, kecuali ketika mengikuti kelas. Aku menjemputnya setiap hari dan kembali mengantarnya pulang. Kebetulan rumah Yuna tidak terlalu jauh dari kampus.

Beberapa teman kami mengungkapkan rasa senang karena akhirnya kami bisa bersama. Beberapa teman Yuna bahkan berlebihan menceritakan bagaimana masa-masa sendiri Yuan begitu menyedihkan. Aku hanya bisa tersenyum sementara Yuna sibuk memarahi temannya, juga berusaha meyakinkanku bahwa yang dikatakan temannya itu tidak benar.

Baca Juga: KPAI Rekomendasikan 6 syarat terkait pelaksanaan PTM Terbatas, salah satunya 79% warga sekolah sudah divaksin

Ah, apa pun itu, aku sebenarnya tidak peduli. Toh masa lalu memang tidak akan bisa diubah, kecuali kita punya mesin waktu untuk kembali ke belakang. Akan tetapi, itu pun tidak menjamin segalanya akan lain. Mungkin memang akan lain, mungkin memang akan berubah, tetapi untuk apa mengejar sesuatu yang belum pasti?

Saat itu, aku hanya berusaha menjalani apa yang tersaji di hadapanku.

Aku dan Yuna tidak perlu waktu lama untuk berpacaran. Sebelum Yuna menagih ke tingkat yang lebih tinggi, aku sudah lebih dulu bergerak. Aku melamarnya dan kami menikah di tahun berikutnya. Aku ingat betapa bahagianya ibunda Yuna ketika kami menikah. Kata ibunya, Yuna terlalu lama sendiri. Terakhir menjalin hubungan dengan pria adalah ketika Yuna masih kelas dua SMA.

“Itu sudah lama sekali, Ru,” kata ibunda Yuna.

Setahun berlalu sejak diucapnya janji pernikahan. Anak pertama kami lahir, diikuti anak kedua dengan jarak tak sampai dua tahun. Kirana dan Dira.

Baca Juga: Visitasi ke Desa Wisata Kampuang Minang Nagari Sumpu, Ini Kata Menparekraf

Kami bahagia.

Aku bahagia.

Rasanya sudah lengkap. Aku tidak perlu apa-apa lagi. Tinggal menjalani hidup, membahagiakan keluarga kecilku.

Kami bahagia. Selayaknya keluarga bahagia lainnya, beberapa kali dalam satu bulan kami pergi menjelajah tempat-tempat baru serta mencoba berbagai macam kuliner yang tidak pernah kami santap sebelumnya.

Kami bahagia. Uang bukan masalah bagi kami. Memang, kami tidak sekaya pasangan selebritas yang kerap pamer kehidupan mereka di televisi, tetapi kami bisa memenuhi kebutuhan apa pun yang kebetulan muncul. Aku bahkan sempat membuka kedai kopi kecil dan pojok baca di satu bangunan yang sama. Dibantu dua pegawai, aku cukup menghasilkan rupiah dari usaha itu. Pikirku, ini untuk biaya pendidikan kedua anakku kelak. Aku juga sempat berpikir untuk membeli sebuah mobil.

Halaman:

Tags

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB