Arini menatap monitor tak percaya. Senyum segera lenyap dari bibirnya. Bayangan kekasihnya segera menyita perhatian dan membuatnya semakin ragu memenuhi permintaan Dio.
"Bagaimana jika Dio mencintaiku?" bisiknya.
Tapi, janji Dio untuk berteman di awal pertemuan membuatnya kembali sedikit tenang. Dengan gemetar akhirnya Arini menuliskan jawaban tanpa direncana.
"Baiklah, aku bersedia bertemu denganmu."
"Duh, senangnya hatiku, Arin. Akhirnya kamu bersedia. Terima kasih, ya. Aku tunggu besok jam makan siang di De Java Corner."
Baca Juga: Tips Sukses Melewati Hari di Tengah Pandemi
Keduanya bertukar nomor ponsel, merencanakan pertemuan dengan gembira dan hati berdebar. Arini sejenak melupakan kekasih yang ada dalam kehidupan nyatanya. Pertemanan yang dijanjikan Dio untuk mengawali perjumpaan membuat gadis itu tak takut lagi terjadi sesuatu dengan hubungannya di kehidupan nyata. Namun, kegembiraan tak dapat disembunyiannya malam itu. Segala macam bentuk wajah diukirnya dalam benak, mencoba menerka bagaimana wajah Dio nantinya. Hatinya benar-benar berbunga, bertolak belakang dengan kekawatirannya.
Layar kembali tertutup menyembunyikan lelaki pujaan hati di balik kedipnya, menyongsong malam kian larut. Arini melesat ke depan lemari pakaian, memilih warna dan model tercantik dari sekian pakaiannya, lalu mematut diri di depan cermin. Tak dihiraukannya jam dinding berkali-kali memanggilnya untuk segera lelap. Dini hari baru Arini terlelap dibuai mimpi indah. Memeluk bayangan lelaki di balik layar.
|
Anggoro menatap Wulan sambil sesekali memainkan ponsel yang digenggamnya. Tak ada yang ingin disampaikannya pada Wulan kali ini, namun rasa bersalahnya mengharuskan kakinya melangkah ke ruang kerja Wulan, hanya sekedar menyapa. Tak ingin diganggunya gadis yang sudah sejak lama menghuni hatinya itu sibuk dengan pekerjaannya. Ditatapnya Wulan diam-diam, mencari alasan apa yang membuat dirinya menginginkan pergi meninggalkan gadis itu, namun, tak ditemukannya juga.
Semua masih seperti semula. Semua sama seperti saat dia pertama mengenalnya. Anggoro semakin merasa bersalah. Ditelitinya lagi hatinya sendiri, mengingat gadis yang baru sebulan dikenalnya di belakang Wulan, dan hari ini ingin ditemuinya gadis itu. Bimbang mulai menghampiri hati Anggoro. Ditatapnya ponsel di tangannya, mempertimbangkan apakah dia harus membatalkan janjinya bertemu gadis itu. Wulan menatap Anggoro heran. Tidak biasanya Anggoro sependiam itu.
Baca Juga: Belajar dari Film Selesai, Apa yang Ingin Disampaikan Tompi?
"Ada apa, Ang?" tanya Wulan sambil mendekati Anggoro.
"Apa? Ah, nggak ada apa-apa."
"Itu, kenapa dari tadi liatin aku seperti itu?"