Tak lama kemudian dia membayar minuman dan rokok, lalu berjalan limbung kembali menyeberangi jalan. Dia nyalakan mobil tanpa tahu hendak ke mana, dan seperti yang sudah-sudah, pulang adalah pilihannya.
Sesampai di rumah, setelah menarik napas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan, Puniawati menyiapkan semua keperluan anak-anaknya dengan tenang. Hatinya terus berbisik agar bisa memahami situasi yang diberikan untuknya pada tiap lembaran hidup.
*
Baca Juga: Nyai Sampur dalam Wisata Mistis Gunung Kawi
Esok harinya, matahari sudah bersinar terang ketika Aji pulang dengan wajah datar. Sapaan Puniawati bagai angin lalu, namun Puniawati menanggapinya dengan senyum. Dia bertekad melupakan semua peristiwa yang telah lewat.
Disiapkannya semua keperluan Aji sebelum melaju bersama kendaraannya, berbaur dengan padatnya jalan raya. Puniawati mengantar kedua anaknya ke sekolah dengan gembira. Dia mencoba mencari kembali sisa-sisa tawa yang hampir hilang dengan bercanda bersama anak-anaknya.
Diputuskannya untuk tidak lagi membahas dengan hatinya, apa yang telah dan kelak akan dilakukan suaminya. Puniawati yang tidak ingin peduli apakah ini sikap pasrahnya atau putus asa. Dia menatap jalan raya di depannya dengan menegakkan punggung dan kepala. Hati yang telah hambar menambah kekuatannya untuk tetap melangkah.
Hari terus berlalu dan Aji makin sibuk dengan bisnisnya. Puniawati merasa makin tak dapat menyentuh suaminya, tapi dia tak ingin lagi membahas dan mempermasalahkannya. Bagi Puniawati kini, masa depan dan kebahagiaan putra-putrinya adalah yang paling utama.
Diputuskannya untuk mulai mencari kegiatan lain yang bermanfaat selain mengurus studionya. Sementara mengenai Aji, Puniawati telah mengambil keputusan yang baginya cukup dapat mengobati kesakitan hati.
Baca Juga: Masuknya Kapal dan Perahu Asing di Natuna adalah Gangguan terhadap Keutuhan Bangsa dan Negara
Wajah masa lalunya, perlahan namun pasti mulai rajin mengunjunginya dalam mimpi. Puniawati pun mulai menikmatinya, dan hatinya tak kering lagi. Diukirnya cinta dan rindu untuk wajah ciptaannya itu dalam diam dan hitamnya mimpi.
Puniawati hanya menunggu, alam mengatur kembali seluruh bagian dalam kehidupan rumah tangga yang dia rasakan makin banyak yang bergeser dari posisinya.
Puniawati membiarkan wajah dalam mimpinya itu hidup, menemaninya mengurai masalah yang tak dapat dibahasnya bersama sang suami. Puniawati membuka kembali satu lembaran masa lalu yang sebelumnya ingin dia hapus.
Atma, wajah masa lalu itu, hadir kembali dalam kehidupan Puniawati. Keduanya melukis kehidupan dengan cara mereka sendiri. Puniawati seperti mencoba melukis ulang lukisan langit tentang rumah tangganya. Dia kembali hidup di dua dunia.
”Kata orang, cinta tak akan pernah mengenalmu sampai kapan pun, jika kamu tak pernah memperjuangkannya, Nini,” kata Atma satu malam, saat Puniawati menanyakan, apakah sebenarnya Aji mencintainya.