Jalu melirik teman-temannya yang sedang sibuk mempersiapkan diri. Tangannya semakin mengepal dan matanya mulai memerah.
“Kita cari jalan keluarnya nanti,” desisnya perlahan.
Baca Juga: Rony Dozer Meninggal Dunia Karena Serangan Jantung
Jalu melangkah ke tengah panggung diikuti Leo, dan segera mempersiapkan diri menyenangkan hati Sang Ratu. Mereka memainkan lagu yang diinginkan para tamu asing.
Hatinya bergemuruh, namun nadinya tak mampu bersuara. Ditatapnya Sang Ratu yang dengan ramah melayani para tamu.
Senyumnya sangat menawan dan melenakan, namun Jalu mencium aroma anggur beracun dalam senyum menawan itu. Entah apa berikutnya. Lelaki yang sudah dianggapnya bapak hanya mampu menundukkan kepala di antara tawa para tamu dna Sang Ratu.
*
Istana ini akan damai jika Sang Ratu menuang anggurnya, lalu kami akan teronggok kaku bersama bias racun yang tersimpan di dalamnya. Tapi, untuk apa menangis? Lukisan langit belum pada saatnya istanaku bergolak. Biarkan Sang Ratu melemah oleh pongah dan serakah. Ayah, tegakkan kepalamu.
Mungkin teman Anda tertarik dengan cerpen sederhana ini, mohon dibantu share kepadanya, ya. Terima kasih telah menjadi pembaca setia klikanggaran.com*