KLIKANGGARAN – Halo, Pembaca. Selamat menutup hari Minggu dengan senyum damai dan penuh rasa syukur. Saya persembahkan lanjutan novel Melukis Langit untuk menemani Anda menikmati malam.
Terima kasih Anda telah berselancar dalam novel Melukis Langit bagian satu, dua, dan tiga. Mengintip bagaimana seorang Aji dan Puniawati menjalankan lakonnya masing-masing.
Pada novel Melukis Langit bagian tiga Puniawati telah melibatkan dirinya dalam urusan kantor sang suami. Bagaimana selanjutnya? Apakah Aji masih meneruskan bekerja di kantornya setelah itu?
Yuk, meluncur ke novel Melukis Langit bagian empat. Semoga pembaca menemukan sesuatu di dalamnya.
∞
Puniawati melipat sajadah, lalu berjalan keluar kamar dan segera ke dapur sambil mengukir senyum manis di bibirnya. Dia berharap malam ini tak ada lagi tanya jawab dingin dengan suaminya.
Setelah menyeduh kopi, Puniawati berjalan menuju teras belakang, meletakkan kopi di meja kecil dekat suaminya duduk. Melihat Puniawati datang Aji segera menunjuk kursi di sebelahnya, pertanda Puniawati harus duduk di sana.
Dengan patuh Puniawati duduk. Melihat wajah suaminya, hati Puniawati meradang, menunggu perdebatan yang sama seperti hari-hari sebelumnya.
Aji melipat koran, menyeruput kopi, lalu membakar rokoknya. Ditatapnya Puniawati sebentar, kemudian menyandarkan kepala di sandaran kursi. Tubuh Aji melemas. Kaki diangkatnya dan diluruskan bertumpu di atas kursi lain di depannya. Matanya menatap kosong ke taman kecil di depan mereka.
Puniawati ikut menyalakan kretek, mencoba bersikap tenang dan ramah, lalu menunggu suaminya bersuara. Suasana terasa kaku.
Baca Juga: Aje Gile! Perempuan Ini Bikin Live Streaming Bugil dan Raup Jutaan Rupiah!
"Aku sangat lelah," kata Aji datar.
Puniawati menatap suaminya, berusaha menunjukkan pengertian.