Lalu, PLAK!
“Aw … ” Kepala si pria ditampar dari belakang oleh si wanita.
“Sopanlah sedikit, Edward,” kata si wanita. “Maafkan sepupuku, Frea. Ia kadang suka seenaknya sendiri kalau bicara. Maklumlah, ia terlalu sering bergaul dengan para Troll.”
“Sepupu?” Dahi Frea mengernyit.
Baca Juga: Presiden Jokowi: Saya Turun ke Air, Saya Ikut Menanam Mangrove
“Ya,” sahut si wanita, “kenapa? Ada yang salah dengan hal itu?” Giliran ia yang bingung.
“Tidak. Maksudku, kalau memang kalian keluar dari buku dongeng adikku, berarti kau adalah Putri Ilana dari Kerajaan Barat. Dan, kau,” Frea menunjuk si pria, “adalah Pangeran Edward dari Kerajaan Timur.”
“Dan, kami adalah kurcaci dari Hutan Grimmlock,” sahut si topi merah.
“Dan, aku adalah Horgon, juga dari Hutan Grimmlock,” tambah si naga-kuda.
“Kami bangsa Trepeak, bonsai yang bisa bicara, juga dari Hutan Grimmlock,” ujar si bonsai oak.
“Tapi, sepupu?” Frea tidak mengindahkan si naga-kuda, si bonsai oak, dan kurcaci-kurcaci berpakaian lusuh itu.
“Kami punya kehidupan yang tidak diketahui pembaca, Frea. Pembaca sepertimu hanya tahu apa yang tertulis di buku. Kalian tidak pernah tahu pohon silsilah keluarga kami. Ayahku dan ayah Edward bersaudara, tetapi masing-masing mendapat warisan wilayah yang berjauhan. Ayahku mendirikan Kerajaan Barat, ayah Edward mendirikan Kerajaan Timur. Akan tetapi, pencipta kami ternyata punya pikiran berbeda. Yah, seperti yang kaubaca sendiri,” jelas Ilana.
“Tetapi, kalian memang seharusnya jadi pasangan kekasih yang menikah di akhir cerita, kan?”
“Oh, come on, Frea. Apa kau tidak bosan membaca cerita kuno semacam itu?” tanya Edward.
“Terjemahannya,” tukas Ilana, “kami yang bosan mendapat peran seperti itu di buku-buku dongeng.”