fiksi

Dua Gelas Kisah Bagian Dua Belas

Sabtu, 11 September 2021 | 15:42 WIB
Dua Gelas Kisah (Dok.klikanggaran.com/Sekar)

“Ru, Chris adalah urusanku. Kamu tidak perlu ikut memikirkannya. Aku sendiri sekarang sudah tidak pernah lagi mengharap ia hadir dalam hidupku. Aku dan Chris sudah selesai. Setidaknya, aku menganggapnya begitu. Aku tidak peduli jika ternyata ia merasa semuanya belum selesai.”

Ya, lebih baik begitu. Hidup ini terlalu berharga jika hanya dipakai menunggu sesuatu yang sudah jelas merugikan kita. Banyak hal baik, hal indah, hal menyenangkan, yang bisa kita lakukan. Termasuk, mencari sebanyak-banyaknya teman baik.

“Jadi, Ru, apa kamu punya teman selain Bima dan Ferdi?”

Aku menghela napas. “Ya, aku punya … setelah aku mencari.”

***

Baca Juga: Kebutuhan Pengawas di Kemenag Belum Disusun Secara Memadai, Ini Analisisnya

Aku mulai mencari. Kuawali dengan membuat akun media sosial. Ferdi dan Bima bisa kujadikan kunci. Beberapa teman memang masih tinggal satu kota, tetapi apa salahnya jika yang jauh pun bisa kusatukan?

Kuakui, proses mengumpulkan mereka memang tidak mudah. Berminggu-minggu, selepas pulang kerja, aku bertandang ke rumah mereka. Silaturahmi, sekaligus mencari jejak beberapa orang yang sepertinya sudah lama meninggalkan Cirebon. Ini menyenangkan. Setidaknya, kesibukan baru ini membuatku lupa akan rasa sakit.

Satu bulan sekali, aku menggelar pertemuan. Tempatnya berpindah-pindah, sesuai perjanjian. Seiring waktu, jumlah peserta pertemuan bertambah. Kami bahkan bisa mengggelar reuni akbar satu angkatan. Sungguh, teman adalah penghibur yang sebenar-benarnya. Mereka tidak perlu tahu apa yang sedang aku hadapi, tetapi aku tahu, aku punya mereka jika aku membutuhkan bantuan.

Baca Juga: Jurus Haji Lulung Main Klaim Bikin DPW PPP DKI Jakarta Mengancam Gugat DPP Ke Mahkamah Partai

“Aku salut, Ru,” kata Ferdi selepas acara reuni. “Aku yang sering bertemu orang banyak bahkan tidak berpikir untuk mengumpulkan teman-teman satu angkatan.”

Aku hanya tersenyum. Rokokku baru separuh habis dan malam kian larut. Aku lelah, tetapi amat bahagia.

“Sayangnya, Bima tidak bisa hadir,” sambung Ferdi.

“Iya, kondisinya tidak memungkinkan,” sahutku. “Istrinya baru saja melahirkan.”

Kami diam, sambil melihat para pegawai restoran hilir mudik membereskan perangkat makan sisa acara tadi. Dilihat dari jumlah undangan yang hadir, reuni ini tergolong sukses. Mereka bersenang-senang, mereka terhibur.

Halaman:

Tags

Terkini

Mirwa dan Lautan

Jumat, 11 April 2025 | 08:17 WIB

Nala, si Pemalas

Rabu, 27 November 2024 | 13:54 WIB

Si Kacamata Hitam dan Pengamen Jalanan

Rabu, 27 November 2024 | 06:49 WIB

Peristiwa Aneh di Rumah Nenek

Minggu, 24 November 2024 | 17:06 WIB

Elena Valleta: Si Putri Hutan

Minggu, 24 November 2024 | 09:01 WIB

Melodi yang Tidak Selesai

Jumat, 22 November 2024 | 07:04 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Mempelai Dua Dunia

Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:52 WIB

Horor Malam Jumat Kliwon: Rumi di Bukit Terlarang

Kamis, 24 Oktober 2024 | 18:11 WIB