Menyusul Pernyataan Keras Ahok, CBA: Segera Gelar Penyelidikan Mega Proyek RDMP Balikpapan

photo author
- Minggu, 10 Oktober 2021 | 07:30 WIB
CBA mendorong aparat penegak hukum untuk segera melakukan penyelidikan atas pelaksanaan mega proyek RDMP Pertamina Balikpapan (Dok.CBA/Jajang)
CBA mendorong aparat penegak hukum untuk segera melakukan penyelidikan atas pelaksanaan mega proyek RDMP Pertamina Balikpapan (Dok.CBA/Jajang)

Hingga September 2021, progres Proyek EPC ISBL OSBL RDMP Balikpapan secara menyeluruh 41,55 persen.

Ifki juga menyatakan dalam proyek RDMP Balikpapan, fase konstruksi dan pengembangan PT KPI menunjuk SK Energy Korea, Hyundai Engineering Korea, PT Rekayasa Industri dan PT PP sebagai pelaksana.

Pertamina juga membangun terminal crude oil di Lawe-Lawe, Kabupaten Penajam Paser Utara. Selain itu, juga ada pembangunan jalur pipa lepas pantai (offshore) dan darat (onshore) sepanjang total 41 km dan dua tangki raksasa dengan total kapasitas 2.000.000 barrel sebagai penunjang Terminal Lawe-Lawe yang diplot sebagai prasarana pendukung bagi RDMP Balikpapan.

Baca Juga: Dituduh Mencabuli dan Memperkosa Ketiga Anak Kandungnya, Ini Bantahan Sang Ayah

Konsorsium PT Hutama Karya dengan China Petroleum Pipeline Engineering Co Ltd China sebagai EPC proyek fasilitas storage, pipa dan terminal Lawe Lawe yang bagian dari RDMP Balikpapan.

Sarat dugaan 'penyimpangan'

Masih menyangkut proyek andalan Presiden di bidang energi, meski sempat menuai beragam protes, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) ngotot mengumumkan pemenang tender design build competition (DBC) proyek pembangunan TPPI Olefin Complex. Langkah KPI itu terungkap dari bocoran dokumen yang beredar Selasa (7/9/2021) lalu.

Dalam dokumen bertanggal 6 September 2021 tersebut, join operation of Hyundai Engineering Co Ltd-PT Rekayasa Industri-PT Enviromate Technology International-Saipem SPA dan consortium of Technip Italy SPA-PT Tripatra Engineers and Constructor-PT Technip Indonesia-Samsung Engineering Co Ltd sebagai pemenang tender tersebut.

Dokumen tersebut pun nampak dibubuhi tandatangan Ketua Tim Tender DBC TPPI Olefin Complex, Muchamad Lutfi.

Baca Juga: Koalisi Pimpinan Saudi Mengatakan 5 Warga Sipil Terluka dalam Serangan Pesawat Tak Berawak Houthi

Beragam kejanggalan tentang pelaksanaan tender sempat diungkap Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) sebelumnya. Di antaranya mengenai konon kabarnya ada indikasi keterlibatan Wamen 1 BUMN yang diduga mengarahkan agar porsi PT Rekayasa Industri dikurangi dalam konsorsium Hyundai itu. Hal itu diduga kuat untuk menghindari Rekind tidak memenuhi syarat tender karena kondisi keuangan yang tidak sehat.

Proyek Pembangunan TPPI Olefin Complex ditaksir secara keseluruhan akan menelan biaya tak kurang dari Rp 50 Triliun. Tender diketahui dimulai pada Februari 2020 lalu. Sempat diumumkan pemenang pada Oktober 2020, namun akhirnya dibatalkan karena adanya sanggahan dari peserta tender lain.

Motif Pertamina menggunakan skema DBC untuk pembangunan kilang Olefin TPPI dengan menyerahkan semua urusan BED dan FEED kepada kontraktor EPC pun menjadi tanda tanya bagi publik.

Baca Juga: Pesawat Siluman F-117 Nighthawk yang Dipensiunkan eh Malahan Beraksi Kembali, Gara-gara AS-China Tegang Nih

Selain itu, ternyata TPPI pada tahun 1997 telah menyelesaikan BED untuk kilang olefin, yang juga berkapasitas 700,000 MTA Ethylene. Bahkan ditemukan dokumen kontrak EPC antara PT TPPI dengan ABC International Projects, Inc dan perusahan Stone & Webster dari Amerika. Hanya saja, karena krisis ekonomi melanda Indonesia saat itu, proyek EPC-nya terhenti.(*)
Mungkin teman Anda tertarik dengan artikel ini, mohon bantu share kepadanya, ya, terima kasih.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kitt Rose

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X