Pun, Marco dalam bukunya tak menyinggung hal yang sangat khusus di Cina. Misalnya hadirnya dinding besar (Great Wall) Cina, atau gaya makan kultur Cina yang memakai chopstik. Hal ini terlalu penting untuk tidak disinggung Marco.
Kemudian diketahui pula Marco pernah dipenjara ketika ia kembali ke Venice. Di dalam penjara itu, Marco berjumpa dengan penulis fiksi romantis: Rustichello da Pisa. Sang penulis ini juga sedang dipenjara.
Diduga, Rustichello da Pisa yang sebenarnya menjadi penulis buku Marco Polo. Entah Marco berbohong pada Rustichello, atau kesepakatan mereka berdua, akhirnya yang ditulis adalah fiksi, bukan fakta yang sebenarnya. Rustichello memang ahli fiksi di era itu.
-000-
Di Venice bulan Juli 2019, musim panas, jam 20.00 udara masih terang. Ini kota memang mengundang imajinasi. Saya duduk ditemani kopi, menatap teluk yang luas. Suasana hati mudah berbuah puisi. Tanah ini membuat orang cenderung melahirkan fiksi.
Bisa jadi memang Marco Polo ternyata tak pernah sampai ke Cina. Bisa jadi ternyata kisah perjalanan Marco Polo hanyalah fiksi. Tapi, fiksi itu sudah mampu ikut memberikan inspirasi dan menggerakkan sejarah.
Bukankah memang banyak yang kita yakini dalam hidup, yang mampu menggerakkan kita, ternyata hanyalah fiksi?
Dalam film PK (2014) karya Rajkumar Hirani, sang tokoh berseru. Ada dua konsep Tuhan yang kita kenal.