Kisah Marco Polo, Mereka Memang Meminta Fiksi!

photo author
- Selasa, 9 Juli 2019 | 05:00 WIB
Marco Polo
Marco Polo



-000-





Saya teringat guru sejarah saya di masa SMP. Ia begitu bersemangat menceritakan kehebatan Marco Polo. Samar-samar terbayang ruang kelas zaman dulu. Guru SMP mengulang saja apa yang di era itu memang menjadi keyakinan.





Seorang remaja bernama Marco Polo, berusia 17-19 tahun berkelana ke Asia Timur. Ia sampai di Cina. Itu abad ke 13. Belum ada manusia Eropa yang berkelana sejauh itu. Total perjalanan Marco Polo, sejak pergi dan kembali lagi ke Venice, sekitar 24 tahun.





Marco Polo dianggap berjasa selaku pemula yang menjembatani dua budaya. Kepada dunia Asia Timur, khususnya Cina, Marco membawa budaya barat. Kepada budaya Barat, Marco membawa dunia timur.





Di abad ke 13, manusia Eropa sama sekali asing dengan wilayah di luar komunitasnya. Ada apa di ujung dunia sana? Apakah di belahan bumi di sana juga dihuni oleh manusia yang sama?





Di abad ke 13, banyak ahli yang mengembangkan imajinasinya sendiri. Bahwa di ujung dunia sana hidup manusia yang berbeda, yaitu manusia berkepala serigala. Atau, manusia yang tanpa kepala, karena kepalanya tumbuh di depan badan. Atau, manusia yang kakinya hanya satu.





Marco Polo membawa kisah yang berbeda. Di bumi belahan ujung sana, ada Cina dan juga ada peradaban. Manusia yang sama juga hidup di ujung dunia sana. Bahkan ujar Marco, manusia di Cina lebih maju karena pertanian dan perindustriannya lebih berkembang.





Ada raja di Cina bernama Kublai Khan. Marco menggambarkan raja ini maha arif dan bijaksana. Penduduknya sejahtera. Marco sendiri menyatakan dirinya bekerja selama 17 tahun membantu Kublai Khan. Sang raja membutuhkan keahlian Marco sebagai penjelajah. Marco diminta untuk mengawasi aneka wilayah Kublai Khan, dan melaporkan hasilnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Nilai-Nilai HAM: Antara Janji Moral dan Kenyataan Sosial

Selasa, 16 Desember 2025 | 09:38 WIB

Dugaan Perjudian di Gacha Game dan Loot Box di Indonesia

Minggu, 14 Desember 2025 | 14:51 WIB

PKB Blunder, M Nuh dan Nusron Berkibar

Jumat, 12 Desember 2025 | 19:39 WIB

Konflik di PBNU dan Hilangnya Ruh Khittah Ulama

Senin, 8 Desember 2025 | 16:19 WIB

OPINI: Ketika Rehabilitasi Menyalip Pengadilan

Kamis, 4 Desember 2025 | 12:25 WIB
X