Baca Juga: Siapakah Anupam Tripathi yang main 'Squid Game' dan Fenomena Global Netflix?
Mereka pun terbiasa menulis dengan runut. Menciptakan pembukaan yang cantik, mengatur ritme, dan berusaha mempertahankan minat pembaca hingga akhir tulisan. Ini yang agak sulit, sekalipun penulis senior, belum tentu bisa menjaga keistikamahan pembaca.
Saya pernah membaca esai Ayu Utami di sebuah laman. Intinya hanya membedah lema syur dan sir, tetapi ia menuliskannya seolah-olah itu adalah bagian dari novel: panjang dan enak.
Mengapa bisa begitu? Saya yakin, Ayu tidak asal saja membuat sebuah artikel. Sebagai wartawan, ia tentu dibekali ilmu riset yang amat lengkap oleh GM.
Dengan bekal itulah, maka tiap artikel (juga novel-novelnya) bisa terasa enak disimak, meskipun panjangnya mungkin saja seperti rangkaian gerbong kereta barang.
Baca Juga: 2 Juta 700 ribu Dosis Vaksin Pfizer Tiba di Tanah Air, Langsung Akan Dibagikan ke 12 Provinisi
Jadi, siapa yang tidak kepincut dengan yang panjang dan enak? Sebagai nyubi (baca: newbie alias penulis pemula), jika ingin menulis seperti para senior, perbanyaklah istigfar. Eh, maksudnya, perbanyak membaca.
Membaca jelas akan membuat wawasan kalian bertambah. Percayalah, setelah membaca dalam jumlah tak terhitung, kalian akan punya banyak sekali bahan untuk dimuntahkan.
Baca Juga: Ariel Noah dan Dina Lorenza Terlihat Mesra, Nitizen Baper
Dan, saat memuntahkannya, karena sudah terbiasa menikmati yang enak, niscaya tulisan kalian akan ikut enak. Sebab, sedikit banyak kalian sudah memahami bagaimana menciptakan sajian enak untuk pembaca. Sekian.**
Sekar Mayang
Editor, Penulis, Pengulas Buku
Apabila artikel ini menarik, mohon bantuan untuk men-share-kannya kepada teman-teman Anda, terima kasih.