Baca Juga: Jika Digelar Tahun ini, Muktamar ke-34 NU untuk Siapa ?
Guru yang kuat dalam memotivasi, membimbing, dan membentuk karakter siswa bersumber dari mentalitas kematangan emosional seorang guru. Jika ada siswa yang bermasalah, siswa tersebut tidak akan segan menceritakan masalahnya baik akademik maupun nonakademik kepada guru walau bukan kepada guru bimbingan dan konselling karena pada hakikatnya setiap guru adalah konsultan. Selain dengan siswa, guru perlu menjalin relasi konstruktif dengan orang tua, sesama rekan guru, karyawan, dan unsur-unsur pimpinan sekolah. Kontribusi kematangan unsur emosional sangat berperan penting agar tugas-tugas guru sebagai pendidik dalam dijalankan secara optimal.
Unsur berikutnya dalam konsep sharpen the saw adalah akal. Unsur ini dapat terpenuhi dengan banyak membaca, menulis, mengikuti seminar/pelatihan, dan berlatih untuk meningkatkan keahlian.
Seorang guru hakikatnya seorang pembelajar. Seorang pembelajar tidak pernah puas dengan ilmu yang didapatnya. Ilmu yang sudah didapat diperdalam lagi dengan beragam cara karena hakikat ilmu adalah dinamis, tidak statis. Dengan banyaknya sarana belajar, seorang guru idealnya terus meningkatkan kapasitas keilmuannya
Peningkatan kapasitas keilmuan seorang guru setidaknya minimal pada tiga hal, yaitu terkait bidang studi, metode pengajaran, dan penguasaan teknologi. Ilmu yang berkaitan dengan bidang studi secara umum didapat dari bangku kuliah. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang makin pesat, seorang guru perlu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan bidang studinya.
Baca Juga: Tip Jitu Sandal Swallow Agar Tidak Diambil Orang atau Tertukar
Penguasaan metode pengajaran juga perlu untuk terus ditingkatkan seiring perkembangan zaman yang menekankan pada pola student centered. Siswa bukan sebagai objek, melainkan subjek proses pembelajaran. Pola mengajar yang menarik pada dasarnya memudahkan siswa dalam menyerap materi yang muaranya adalah pemahaman yang tertanam kuat.
Persentuhan guru dengan teknologi tak dapat terelakkan, terutama pada pembelajaran daring saat ini. Untuk mengetahui tingkat kematangan seorang guru memanfaatkan teknologi untuk mendukung proses pembelajaran, kita dapat menggunakan SAMR dari Robert Puentedura. SAMR adalah kepanjangan dari substitusi, augmentasi modifikasi, dan redefinisi. Substitusi dimaknai teknologi digunakan sebagai alat pengganti langsung tanpa perubahan fungsi.
Kegiatan belajar dan sasaran belajar masih sama dengan sebelum menggunakan teknologi. Augmentasi juga diartikan sebagai teknologi diperlakukan sebagai alat pengganti langsung, tetapi adanya peningkatan fungsi. Di tahap ini, kegiatan belajar sudah mulai berubah, tetapi sasaran belajar masih sama dengan sebelumnya. Kedua tahapan ini dikategorikan sebagai tahap peningkatan.
Tahap modifikasi adalah tahap saat teknologi sudah digunakan secara signifikan. Kegiatan belajar berubah signifikan dan sasaran belajar sudah mulai berubah. Tahap terakhir adalah redefinisi, yaitu tahap saat teknologi digunakan sebagai alat berkreasi. Di tahap ini, kegiatan belajar (nyaris) berubah total dan sasaran belajar otomatis berubah. Dua tahap terakhir ini juga disebut tahap transformasi.
Baca Juga: Gunung Guntur Garut Kembali 'Usil' kepada Pendaki – Gibran Arrasyid Hilang
Unsur terakhir dari pembahasan sharpen the saw adalah fisik. Slogan mens sana in corpore sano ‘di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat’ penting dihayati dalam menjalani kehidupan. Kesehatan menjadi modal dasar dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Makan makanan bergizi, air mineral yang sesuai dengan kebutuhan, istirahat yang cukup, olahraga teratur, dan megelola stres merupakan beberapa cara untuk menjaga kesehatan. Utamanya adalah memohon kepada Yang Mahakuasa agar selalu diberikan kondisi tubuh yang sehat wal afiat.
Seorang guru perlu untuk terus menjaga kesehatan. Tugas guru tidak hanya berada di dalam kelas, tetapi juga tak jarang guru membawa pulang pekerjaan yang belum terselesaikan di sekolah. Untuk itulah, menjaga kesehatan merupakan hal yang mutlak dilakukan aga aktivitas mendidik dapat terlaksana dengan optimal.
Sharpen the Saw idealnya secara konsisten dilaksanakan oleh setiap orang, tak terkecuali oleh guru. Memberikan nutrisi untuk unsur rohani, emosional, akal, dan tubuh sejatinya dilakukan agar tugas mulia mendidik generasi berjalan maksimal. Diharapkan muaranya adalah terbentuk profil guru inspiratif, yaitu guru yang bisa memberikan inspirasi lahir batin bagi para siswanya dalam menjalani kehidupan.
----------
Artikel ini merupakan opini yang ditulis oleh Nalendra Satyagama, praktisi pendidikan.