KLIKANGGARAN -- Maraknya kejahatan di negeri ini sungguh tidak mengenal waktu. Kesucian Ramadan pun ikut ternodai dengan banyaknya tingkat kejahatan. Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Erdi Asrimulan Chaniago mengatakan bahwa gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) saat Ramadan 1445 H mengalami peningkatan.
Dikutip dari laman tribratanews.lamongan.jatim pada 3 April 2024, aparat Kepolisian Polres Bondowoso Polda Jatim berhasil mengungkap puluhan kasus tindak kejahatan dari hasil Operasi Pekat Semeru 2024 selama bulan Ramadhan 1445 H.
Kapolres Bondowoso, AKBP Lintar Mahardhono menjelaskan bahwa pihaknya berhasil mengungkap dan menangkap pelaku kasus penipuan dan penggelapan sebanyak 39 kasus.
Untuk kasus penganiayaan yang berhasil diungkap ada sebanyak 58 kasus, pencurian dengan pemberataan ada sebanyak 42 kasus, pencurian biasa ada sebanyak 29 kasus, perkosaan atau pencabulan ada sebanyak 25 kasus, dan kasus curanmor ada sebanyak 6 kasus.
Selain itu, Polres Bondowoso Polda Jatim juga berhasil menangani tindak penganiayaan anak sebanyak 13 kasus, pengrusakan sebanyak 8 kasus, illegal logging 1 kasus, dan perjudian 8 kasus.
Dikutip dari mediaindonesia.com, pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto, menilai bahwa meningkatnya tren kejahatan pada bulan Ramadan hingga jelang Lebaran disebabkan oleh adanya peningkatan kebutuhan di masyarakat yang tinggi.
Menurutnya, dengan adanya peningkatan kebutuhan, pengeluaran dari masyarakat juga pasti akan meningkat, sementara bagi sebagian masyarakat peningkatan pengeluaran biaya tersebut tak diiringi dengan peningkatan penghasilan sehingga mereka mencari jalan pintas untuk mendapatkan peningkatan pendapatan agar dapat memenuhi kebutuhan selama Ramadan hingga jelang Lebaran dengan melakukan kejahatan.
Sungguh miris! Semua ini terjadi pada bulan Ramadan, bulan yang seharusnya dianjurkan untuk menahan hawa nafsu justru banyak ditemukan tindakan kriminal di dalamnya. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Himpitan Ekonomi dan Lemahnya Iman di Bawah Naungan Kapitalisme
Masalah ekonomi selalu saja menjadi faktor utama terjadinya tindak kriminal. Tingginya harga kebutuhan yang meningkat dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya, belum lagi biaya hidup—seperti tarif air dan listrik—yang juga naik sejak awal Maret menjelang puasa, serta biaya mudik yang juga menjadi prioritas selalu dijadikan alasan untuk bertindak kriminal.
Hal itu disebabkan oleh kebutuhan yang meningkat, sedangkan penghasilan tidak bertambah atau justru cenderung menurun. Belum lagi banyak pabrik yang mem-PHK banyak karyawannya menjelang Lebaran diduga agar tidak perlu membayar THR. Kondisi seperti ini semakin memicu seseorang untuk melakukan tindak kejahatan.
Selain itu, faktor penyebab lainnya datang dari internal, yakni lemahnya iman yang menjadikan seseorang mudah melakukan kemaksiatan tanpa memikirkan dosa dan neraka, pudarnya keyakinan di tengah masyarakat bahwa setiap perbuatan akan dipertanggungjawabkan, dan juga hilangnya citra kepribadian muslim dalam berperilaku.