KLIKANGGARAN -- Studi psikologi sastra adalah studi yang melibatkan dunia dalam. Dengan demikian, lebih banyak mengandalkan kemampuan seseorang dalam menginterpretasi dan merekonstruksi seseorang dalam hal psikologis.
Tentunya, memahami seseorang dalam hal psikologis bukanlah hal yang mudah sebab dibutuhkan pemahaman yang mendalam tentang psikologi untuk memahami psikologi seseorang.
Dengan demikian, seseorang mampu menilai psikologi seseorang jika dia memang memiliki kemampuan psikologis, baik yang diperoleh secara otodidak ataupun secara akademis. Di kalangan masyarakat terutama masyarakat umum kurang begitu menyukai dunia filsafat dan dunia psikologi.
Kedua dunia tersebut dianggap sebagai dunia pemikiran atau yang dikenal dengan dunia dalam. Dunia tersebut sulit dijangkau oleh masyarakat umum sebab membutuhkan kemampuan berpikir dan bernalar yang lebih dalam.
Baca Juga: Bappeda Nagan Raya Gelar Musrena Tahun 2024, Ini Arahan yang di Berikan Sekda Nagan Raya
Dalam hal ini, manusia yang memiliki kemampuan untuk belajar fi lsafat dan psikologi adalah manusia yang memang menyukai dunia dalam yang lebih banyak menggali masalah-masalah ketidaksadaran ataupun sesuatu yang kadang unpredictable dalam kehidupan manusia. Untuk mempelajari hal tersebut memang tidak mudah. Karena itu, tidak semua orang mau mempelajarinya.
Bertolak dari fakta tersebut studi psikologi sastra juga demikian. Tidak begitu banyak orang yang menyukai studi psikologi sastra sebab berkait dengan kendala pemahaman terhadap psikologi itu sendiri.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa beberapa studi psikologi sastra masih belum banyak jika dibandingkan dengna studi sosiologi sastra.
Tentunya, hal tersebut wajar, sebab banyak praktisi dari sosiologi yang berkecimpung dalam sastra, tetapi jarang praktisi psikologi yang berbicara tentang sastra.
Baca Juga: Lolly Pulang ke Indonesia, Vadel Badjideh dengan Bangga Peluk Anak Nikita Mirzani
Padahal, sastra sebagai artefak kebudayaan merupakan hasil pemikiran manusia yang di dalamnya juga kaya akan masalah-masalah yang berkait dengan psikologi, baik psikologi yang monodisipliner maupun psikologi yang interdisipliner.
Minat peneliti sastra dalam hubungannya dengan psikologi juga tidak begitu banyak juga bermula dari sang peneliti itu sendiri. Jika ditelusur lebih dalam, peneliti sastra memang lebih banyak menyukai kajian yang perspektif social budaya sebab hal itu yang banyak menjual di masyarakat.
Selain itu, studi tentang sosio-budaya adalah studi yang konon lebih mudah sebab muncul secara kasat mata dan banyak contoh kajian tentang hal tersebut. Tentunya, sebagaimana dipahami bersama, studi psikologi sastra adalah studi yang ada di bawah permukaan sebab berbicara tentang konteks psikologi manusia.
Pembongkaran terhadap kondisi seseorang memerlukan kedalaman berpikir dan kedalaman psikologis agar bisa menemukan psikologi yang sedang digali.
Artikel Terkait
Universitas Pamulang Serahkan Infaq Kemanusiaan Untuk Palestina, Diserahkan Oleh Wakil Rektor 3 di Ruang Rapat Rektorat Kampus Unpam Viktor
Kepala LLDIKTI Wilayah IV Mendapatkan Surprise Ulang Tahun di Tengah Wisuda Unpam ke-104
Inilah Tujuan Prodi Sastra Indonesia Unpam Adakan FGD dengan Sastra UNY !!
Kuatkan Kurikulum BIPA, Program Studi Sastra Indonesia UNPAM Melakukan Studi Banding ke INCULS UGM
Tanamkan Semangat bagi Mahasiswa Baru, Ketua Pelaksana PKKMB Unpam Bacakan Puisi Sapardi Djoko Damono
Unpam Gelar Wisuda Ke-106: Mempersiapkan Generasi Alpha dengan Prinsip Great Didactic untuk Mewujudkan Generasi Emas Indonesia