Oleh: Jamaluddin F Hasyim
Di masa Orde Baru, peranan dan eksistensi para Sadah (bentuk jama' dari Sayyid) Ba'alawi atau yang lebih sering disebut sebagai habaib, tidaklah segempita saat ini.
Selain tidak banyak majlis-majlis habaib kecuali yang sudah masyhur seperti Kwitang dan Al-Hawi, habaib masa itu identik dengan ulama keturunan Rasulullah SAW yang jumlahnya sangat terbatas.
Sebenarnya jumlah kaum habaib bukan sedikit atau setidaknya tidak beda jauh dengan saat ini, yang membedakan adalah tidak banyak yang berani tampil mengenakan pakaian kebesaran ulama dari kalangan mereka.
Baca Juga: Kecelakaan Kereta Api Terburuk yang Pernah Terjadi di India dalam Beberapa Dekade Terakhir
Kebanyakan cukup dengan penampilan biasa dengan baju koko dan sarung. Tidak ada saat itu anak muda dari kalangan mereka yang berani berjubah dan bersorban dan mendaku diri sebagai habib dengan segala kebesarannya.
Mereka risih dan malu, biarlah gelar habib melekat pada mereka yang betul-betul ulama. Setidaknya demikianlah yang saya amati saat itu. Karenanya, jika menyebut Habib, maka yang muncul di benak masyarakat adalah Trio Habib Ali Kwitang, Habib Ali Alatas Bungur, dan Habib Salim bin Jindan.
Kemudian generasi sesudahnya kita kenal Habib Muhammad bin Ali Kwitang, Habib Novel bin Jindan, Habib Umar Alatas Cipayung dan Al-Walid Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf. Lalu Habib Husein bin Ali Condet dan Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf.
Kehadiran generasi habaib sesudahnya masih berlangsung terus hingga era reformasi. Dua sosok yang paling terkenal adalah Habib Rizq Sihab dan Habib Munzir Al-Musawa. Ini baru seputaran Jabodetabek, belum bicara di wilayah lain.
Jaringan habaib Ba'alawi ini tersebar luas ke seluruh pelosok Nusantara, bahkan di wilayah Indonesia bagian Timur, mereka adalah pelopor dakwah yang sangat berpengaruh. Bahkan beberapa kesultanan di wilayah Kalimantan, Sulawesi dan Maluku banyak yang terdiri dari Sadah Ba'alawi.
Jadi bicara eksistensi dan peran para Sadah Ba'alawi dalam dunia dakwah Nusantara tidak ada yang meragukan. Saat itu, model perjuangan dakwah mereka mengedepankan akhlak mulia, pendekatan humanis, dan kemampuan adaptasi yang tinggi dengan lingkungan sekitar.
Inilah yang menjadikan dakwah mereka berhasil. Banyak ulama besar seperti Guru Sekumpul (nama populer untuk KH Zaini Abdul Ghani Martapura), dan para kyai besar lainnya yang menunjukkan ketersambungan ilmu (intisab) dengan para Sadah Ba'alawi tersebut. Bahkan hingga kostum yang mereka kenakan. Jadi secara historis, dalam bidang dakwah sangat kuat pengaruh para habaib tersebut.
Lalu datanglah era reformasi, ketika seorang Habib muda bernama Rizq Sihab muncul ke permukaan dengan FPI-nya. Diawali dari kelompok bernama PAM Swakarsa, mereka masuk barisan pendukung BJ Habibie yang baru menjabat Presiden menggantikan Suharto yang lengser pada 1998.
Organ ini kemudian muncul dalam peran hisbah (menegakkan amar makruf nahi munkar) dalam bentuk sweeping tempat hiburan di Jakarta. Kemudian dibentuk cabang di berbagai daerah.
Awalnya mereka tidak masuk ke isu politik, hanya di wilayah kemungkaran saja. Bahkan hingga Pilgub tahun 2012, mereka tidak ikut memenangkan calon yang agamis. Barulah saat 2014 Ahok yang akan menggantikan posisi Jokowi sebagai Gubernur, muncul gerakan-gerakan perlawanan. Bahkan dimunculkan gubernur tandingan saat itu.
Artikel Terkait
COMAC Pesawat Buatan China Pesaing Boeing Bakalan Hadapi Hambatan dari Amerika Serikat
Transformasi Hendra: Kisah Inspiratif Santri Tunas Mulia, Bantar Gebang
Melepas Peserta Pawai Ta'aruf MTQ ke-53, Sekda Ucapkan Terimakasih atas Antusiasme Masyarakat yang Tinggi
Setiap Pekan Terjadi Kekerasan Seksual di Satuan Pendidikan, Begini Tanggapan FSGI
Bersama Ketua DPRD OKU Timur dan Anggota DPRD Sumsel, Bupati Enos Hadiri HUT ke 10 Desa Harjomulyo Jaya
Tangani Kasus Dugaan Korupsi Pengelolaan Dana Pensiun, Kejagung Periksa Oknum Kades
Inilah Sosok Nunung Supriyatin, Diduga jadi Selingkuhan Seorang Suami Viral di Media Sosial, Siapa Sebenarnya?
Volume Perdagangan Arab Saudi dengan BRICS Diumumkan, Nilainya Melampaui 160 Miliar Dollar pada Tahun 2022
Gubernur Herman Deru Resmikan Majelis Taklim Al Basyar
Kecelakaan Kereta Api Terburuk yang Pernah Terjadi di India dalam Beberapa Dekade Terakhir