Bumi Pertiwi Terhimpit Diantara Dua Gajah

- Rabu, 31 Mei 2023 | 17:22 WIB
Bendera abstrak Amerika, China, Rusia - (Iyan, Klikanggaran)
Bendera abstrak Amerika, China, Rusia - (Iyan, Klikanggaran)

Ditulis oleh: Yus Dharman,SH.,MM ,M.Kn
Advokat/Ketua Dewan Pengawas FAPRI (Forum Advokat & Pengacara Republik Indonesia). Jakarta, Rabu 31 Mei 2023.

KLIKANGGARAN -- Dengan dicalonkannya Anies, Ganjar, dan Prabowo oleh partai pendukung masing-masing, mulai terjadi lagu polarisasi di tengah masyarakat, padahal dukung-mendukung tersebut belum tentu murni dari para simpatisan masing-masing Capres, bisa saja ditunggangi simpatisan palsu alias BuzzerRp, ada BuzzerRp yang kerjanya adu domba. Hari ini dia berpihak pada rezim, lain waktu dia bully rezim.

Untuk memancing pihak opisisi muncul ke permukaan, masyarakat awam yang lugu, tidak tau, lalu beranggapan itu adalah kelompok atau golongan yang sama dengan dirinya sebgai oposisi, lalu ikut-ikutan menghujat rezim, berpotensi melanggar UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang dapat di proses hukum lalu kemudian dijebloskan ke bui, itu strategi pancing ular keluar dari lobang, hati-hati ya. Berpolitik harus cerdas, jangan fanatik buta.

Dalam buku nya Damien D. Cheong, Stephanie Neubronner, dan Kumar Ramakrishna yang berjudul Foreign Interference in Domestic Politics, campur tangan kekuatan asing di politik domestik negara-negara berkembang bisa terjadi melalui pengembangan (cultivation) jaringan dengan politisi-politisi di dalam negeri. Berdasarkan kajian di buku tersebut, boleh saja kita mendukung jagoan kita, tapi jangan menghujat yang lagi berkuasa.

Apabila polarisasi makin memanas, akan tercipta situasi dan kondisi yang tidak kondusif, masyarakat jadi takut keluar rumah, dampaknya masyarakat yan bergerak di bidang informal akan sulit cari nafkah. Jadi, dukung mendukungnya anggap saja seperti mendukung kesebelasan sepakbola dalam liga, setelah pertandingan usai kita berbaur kembali.

Sebab, strategi pembangunan negara kita masih mengandalkan penanaman modal luar negeri dan utang, akibatnya negara kita belum berdaulat mutlak, kebijakan-kebijakan nya didikte agar berpihak pada kepentingan negara- egara kreditur yang terdiri dari :
1. Singapura: US$60,9 miliar
2. Amerika Serikat: US$31,8 miliar
3. Jepang: US$25,8 miliar
4. Tiongkok: US$22 miliar
5. Hong Kong: US$16,8 miliar
6. Korea Selatan: US$6,3 miliar
7. Belanda: US$5,3 miliar
8. Jerman: US$5,2 miliar
9. Prancis: US$3,9 miliar
10. Inggris: US$3,8 miliar
sampai maret 2022, menurut data box, 24/05/22.

Sehingga bukan hanya kita sebagai rakyat biasa yang mendukung kandidat Capres yang sesuai dengan selera kita agar menang dalam kontestasi Pemilu, namun negara-negara Kreditur pun ikut cawe-cawe mendukung Capres yang dianggap dapat mengamankan investasinya.

Menurut Zulfan Lindan, ada Capres yang figurnya dianggap akan menguntungkan Amerika Serikat (AS) dan ada yang akan menguntungkan China dan Rusia. Sedangkan kalau kita lihat Prabowo, dia ini Amerika juga, tapi main-main juga ke Rusia, main-main juga ke China, kan gitu. Kita bicara tiga nih, Rusia, China, dan Amerika. Kalau bicara kepentingan, Amerika pasti mendukung Anies, sedangkan RRC pasti cari alternatif lain, untuk mengamankan kepentingannya di Indonesia, pasti dia pilih yang pro dirinya. Rusia juga begitu. [dikutip dari detikcom].

Selanjutnya, ditambahkan pula oleh
Pengamat Politik sekaligus CEO dan Founder Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, kepada SINDOnews, Kamis (16/2/2023), mengatakn bahwa Anies lah yang dianggap menguntungkan AS, nampak Anies akan didukung oleh kekuatan politik luar negeri Amerika Serikat, karena sejak kepemimpinan Presiden Jokowi, AS tidak terlalu diuntungkan dalam kontek kebijakan luar negeri Indonesia, karena lebih cenderung Tiongkok sentris, dukungan makin tampak jelas dengan kunjungan Duta Besar Amerika Serikat (AS), ke DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada Rabu (15/2/2023), yang baru pertama kali terjadi.

Jadi, siapa pun Presidennya selama kita sbagai bangsa, lemah serta tidak mandiri, tetap akan terbelenggu, seperti kerbau di cucuk hidungnya. Hukum rimba berlaku, yang kuat menginjak yang lemah.

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Terima Kasih untuk Semua Pemimpin

Rabu, 27 September 2023 | 08:37 WIB

Menuju Indonesia Emas 2045: Pemuda Gen Z Harus Apa?

Selasa, 12 September 2023 | 13:10 WIB

Menciptakan Kemudahan, Mengakselerasi Pelayanan

Jumat, 8 September 2023 | 08:37 WIB

Mengintip Semarak Kemerdekaan di Bumi La Maranginang

Selasa, 15 Agustus 2023 | 09:29 WIB

Membangun Kebersamaan Ala Perhiptani Luwu Utara

Senin, 31 Juli 2023 | 18:47 WIB

Selamat Tinggal Pandemi, Selamat Datang Endemi

Senin, 3 Juli 2023 | 21:57 WIB

Semut dan Gajah: Fenomena Bimbel di Indonesia

Jumat, 23 Juni 2023 | 08:23 WIB

Messi, Harapan Utopis Sepanjang Masa

Sabtu, 17 Juni 2023 | 20:13 WIB

Legacy Sang Presiden dan Logo Kehidupan

Minggu, 4 Juni 2023 | 10:13 WIB

Habaib, Dulu dan Kini Bagian I

Sabtu, 3 Juni 2023 | 20:12 WIB

Panggung Kebaikan

Kamis, 1 Juni 2023 | 18:09 WIB

Bumi Pertiwi Terhimpit Diantara Dua Gajah

Rabu, 31 Mei 2023 | 17:22 WIB

Sumber Pendapatan Partai Politik

Rabu, 31 Mei 2023 | 17:19 WIB

Jangan Jual Kucing Dalam Karung

Jumat, 26 Mei 2023 | 13:03 WIB
X