Pelayan cantik itu berjalan ke sudut ruangan diikuti Arini. Langkahnya cepat, membuat Arini tidak dapat bertanya lebih lanjut. Arini mengikuti saja dengan patuh dari belakang. Tak lama senyumnya mengembang ceria. Dio sudah mempersiapkan semua. Dilihatnya di meja yang sudah dipesan terpasang lilin dan sekuntum mawar cantik. Setelah berbasa-basi sebentar pelayan cantik itu meninggalkannya. Arini membalas senyumnya dengan manis dan ramah. Diucapkannya terima kasih sebelum pelayan itu berlalu meninggalkannya.
Di sudut ruangan De Java Corner itu Arini duduk sebentar, menikmati nuansa romantis yang telah dipersiapkan oleh Dio. Kemudian mengeluarkan nomor telepon genggam yang diberikan Dio padanya. Sebelum ditekannya nomor tersebut, ponselnya sudah berbunyi. Nomor yang sama dengan yang dipegangnya. Dadanya berdebar, namun senyumnya mengembang.
Baca Juga: Ilmuwan Israel Mengembangkan 'e-skin' yang Mengetahui Gerakan Apa yang Anda Buat
"Halo. Dio, ya?"
"Kamu di mana, Arin? Aku di luar De Java Corner, nih."
"Di dalam, Dio. Terima kasih atas kejutan yang kamu siapkan. Aku memakai baju biru cerah," jawab Arini sambil tertawa.
"Oke, aku ke dalam. Aku pakai kemeja biru tua, ya," sambut Dio dengan tawa riang pula.
Sambungan terputus. Kedua insan itu menanti dengan dada bergetar. Dio melangkah dengan tegap memasuki cafe itu. Tak lama wajah mereka pucat pasi saat berdekatan.
"Wulan?" seru Dio dengan wajah pucat.
"Anggoro?" jawab Arini dengan jemari membeku.
Artikel Terkait
Puisi Basi untuk Sang Maha
Monolog Sepatu Bekas
Cerpen: Wanita Jalang
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 1
Cerpen: Lelaki di Balik Layar 2