“Seruuuuu!” kata Radit. “Iya dan kita bisa sambil menikmati pemandangan,” lanjut Radit.
Sore pun tiba dan kami langsung menuju hotel. Aku menikmati suasana Kuningan ketika perjalanan menuju hotel. Lumayan 30 menit. Sekarang sudah banyak café-café dan restoran yang buka sampai malam. Ah jadi terpikir untuk tinggal di Kuningan, meninggalkan hiruk pikuk Jakarta yang terlalu banyak tuntutan.
Sesampainya di hotel, aku suruh anak-anak tidur cepat karena setelah subuh langsung cek out. Kembar langsung tertidur dengan pulas kecuali Raffa. Aku ajak Raffa untuk mencari café dekat hotel. Kami pun menikmati kopi dan dinginnya Kuningan.
“Bu, boleh aku bertanya sesuatu?” tanya Raffa.
“Boleh” jawabku santai sambil menikmati kopi.
Baca Juga: KPK Pastikan Surat Penyelidikan Korupsi di Kabupaten Gowa Palsu
“Mengapa Ayah meninggalkan kita?”
“Ibu tak tahu pasti. Awalnya kami bertahan dalam hubungan yang tak memerlukan kata saling. Ibu dengan ayah menikmati itu. Namun akhirnya kita menyadari bahwa kata saling itu sangat diperlukan dalam hubungan.”
“Apa maksudnya hubungan yang tak memerlukan kata saling?”
“Bertepuk sebelah tangan. Hehehe. Ibu mencintai ayah namun ayah tak mencintai ibu. Kami bersahabat sejak SMP dan seringkali naik gunung bersama. Ibu mencintai ayah dan ayah tidak ingin juga persahabatan kami putus karena kita masing-masing menikah. Akhirnya kita memutuskan menikah dan ayah berusaha untuk mencintai ibu. Semua berawal menyenangkan. Namun ternyata ayah menemukan cintanya tiga tahun lalu. Ayah kalah untuk bertahan dan ibu kalah untuk bersabar. Akhirnya ayah meninggalkan kita.”
Baca Juga: Wagub Sebut Sektor Pertanian Sangat Penting dalam Pembangunan di Provinsi Jambi
“Raffa berusaha mengerti pola pikir orang dewasa. Semuanya pasti punya alasan dan Allah yang berkehendak. Kata ustadku, “Kita bisa apa jika Allah berkehendak”
Aku tersenyum lega mendengar perkataan Raffa. Jilbab tipisku mulai tidak bisa menahan angin masuk ke kepalaku. Kepalaku mulai puisng dan butuh istirahat.
Gigilku tiba-tiba diiringi suara adzan subuh. Aku langsung membangunkan anak-anak untuk langsung menuju mobil. Sengaja kulakukan karena ingin menikmati suasana subuh di masjid kampung almarhum ayahku.
Sesampai di desa Garatengah, kami langsung menuju masjid dan subuh di sana. Ah syahdu sekali. Ada kenikmatan yang berdesir di dada. Tak pernah kuraskaan sebelumnya. Ya Allah, ampuni aku.
Artikel Terkait
Monolog Sepatu Bekas
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Satu
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Dua
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Tiga
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Bagian Empat
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Lima, Rumah Kaca
Novel: Kopi Sore dan Timbunan Cinta Enam